Palu (ANTARA News) - Hujan lebat yang mengguyur sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dalam beberapa hari terakhir ini lebih dipengaruhi oleh badai tropis Parma dan Mellor bagian utara Filipina.

Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorlogi bandara Mutiara Palu, Achadi SR di Palu, Jumat, membenarkan dan menjelaskan bahwa perubahan iklim yang terjadi saat ini di Sulteng merupakan dampak dari badai Parma dan Mellor Filipina.

Menurut dia, hujan deras yang disertai petir dan tiupan angin cukup kencang melanda Kabupaten Tolitoli, daerah dibagian Utara Sulteng dalam kurun beberapa hari terakhir ini merupakan pengaruh badai tropis di Filipina.

Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Tolitoli, Kabupaten penghasil cengkeh terbesar di Sulteng pada Kamis (8/10) pekan ini telah menyebabkan terjadinya bencala alam banjir dan tanah longsor di daerah itu.

Bahkan, ketinggian air hampir mencapai atap rumah penduduk sehingga warga harus diungsikan ketempat-tempat yang aman disediakan pemerintah setempat.

Wilayah Sulteng yang masih berpotensi besar diguyur hujan lebat selain Kabupaten Tolitoli, juga Buol, daerah yang berbatasan dengan Provinsi Gorontalo.

Juga wilayah timur Sulteng seperti Kabupaten Tojo Una-una, Banggai, dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) termasuk berpeluang besar diguyur hujan deras yang disertai petir dan angin kencang.

Bahkan dari hasil analisa dan foto satelit dari Stasiun Meteorlogi bandara Mutiara Palu menunjukkan bahwa wilayah Timur paling berbahaya dan perlu diwaspadai karena intensitas hujan lebih besar ketimbang yang melanda Kabupaten Tolitoli.

Khusus wilayah Sulteng, dan sejumlah kabupaten lainnya seperti Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong, Achadi mengatakan, kurun beberapa hari terakhir dan kedepan ini hanya diselimuti awan dan mendung.

"Tetap ada hujan, tetapi kategori hujan ringan saja," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009