Jakarta (ANTARA News) - Satu laporan terbaru dari Pusat Penelitian Energi Inggris (UKERC) menyebutkan, produksi minyak dunia kemungkinan mencapai puncaknya sebelum 2030, atau paling cepat sebelum 2020.

Laporan itu menilai, Inggris bukan satu-satunya pihak yang tidak siap menghadapi masa itu, padahal minyak bumi menyuplai sepertiga kebutuhan energi dunia.

Laporan pakar tersebut menyebutkan bahwa manusia tengah memasuki satu era produksi minyak yang lamban sekaligus mahal karena sumber energi minyak kian sulit ditemukan, diekstraksi dan diproduksi.

Penemuan ladang-ladang minyak baru besar seperti di Teluk Meksiko yang baru-baru ini diumumkan, hanya akan memperlambat puncak (kelangkaan energi minyak) dalam hitungan hari atau minggu saja.

Sementara upaya mempertahankan tingkat produksi minyak global pada tingkat sekarang ini, setiap tiga tahun, akan membutuhkan sumber energi minyak baru yang setara dengan yang dipunyai Arab Saudi sekarang.

Menurut penelitian itu, tertundanya puncak produksi minyak konvensional sampai setelah tahun 2030 adalah perkiraan paling optimistis, sekaligus sebagai keadaan terburuk.

Sedangkan berdasarkan ketergantungan dunia yang amat besar pada miyak bumi dan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan energi alternatif memakan waktu lama, maka tahun 2030 tidaklah terlalu lama.

"Yang memprihatinkan adalah naiknya harga minyak akan mendorong meningkat cepatnya pengembangan energi alternatif yang malah mengintensifkan (pelepasan) karbon sehingga upaya mencegah perubahan iklim yang lebih ganas menjadi sulit atau tak mungkin dilakukan," kata ketua peneliti penerbit laporan ilmiah yang juga peneliti senior UKERC, Steve Sorrell.

Laporan ini memang mendukung optimisme dunia mengenai masih besarnya sumber minyak dunia, namun lokasinya lebih banyak berada di tempat yang relatif sulit untuk dieksploitasi sehingga produksi minyak melambat dan lebih mahal.

Laporan itu juga menggarisbawahi, percepatan penurunan produksi minyak di ladang-ladang yang sekarang ada, sampai sekitar duapertiga dari kapasitas produksi sekaranbg, harus dilakukan sebelum tahun 2030 guna mencegah jatuhnya tingkat produksi minyak.

Sorrell mengatakan, adalah mustahil menakar dengan persis kapan puncak produksi minyak terjadi, karena datanya kurang meyakinkan dan banyak faktor untuk bisa sampai kepada kesimpulan itu.

"Namun bisa kami katakan bahwa jendela (eksplorasi minyak) tengah menyempit sangat cepat. Dampak berkurangnya cadangan minyak dunia akan sangat tergantung pada respons pemerintah dan skala investasi untuk teknologi energi baru," tegas Sorrell.

Laporan UKERC adalah penelitian pertama yang ditempuh melalui satu kajian yang independen, mendalam dan sistematik mengenai bukti dan alasan yang bisa menguraikan soal puncak produksi minyak dunia. (*)


Sumber: Science Daily, 8 Oktober 2009

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009