Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Serangan bom bunuh diri di Pakistan baratlaut menewaskan 41 orang, Senin, ketika militer meningkatkan gempuran terhadap gerilyawan Taliban yang dituduh bertanggung jawab atas serangan-serangan yang berani dan semakin mematikan.

Penyerang, yang dikabarkan baru berusia 13 tahun, melemparkan dirinya ke sebuah konvoi militer yang sedang melewati pasar yang ramai di Shangla, sebuah distrik baratlaut dekat Swat dimana militer mengklaim telah membasmi gerilyawan Taliban setelah ofensif sengit.

Namun, kelompok-kelompok gerilya garis keras belum terbasmi dan bahkan melancarkan serangan yang berani terhadap markas besar angkatan darat pada akhir pekan yang menewaskan 23 orang dan menggarisbawahi kerentanan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Sedikitnya 116 orang tewas dalam serangkaian ledakan dan serangan di Pakistan dalam empat hari terakhir ini.

Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), kelompok terkait Al-Qaeda yang bersembunyi di daerah-daerah suku baratlaut yang berbatasan dengan Afghanistan, mengklaim bertanggung jawab atas drama penyanderaan sehari di markas militer dekat Islamabad itu.

"Selama Pakistan melancarkan operasi penumpasan terhadap Taliban, kami juga akan terus melancarkan serangan-serangan semacam itu," kata jurubucara Taliban, Azam Tariq, kepada AFP.

Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas pemboman di Shangla itu, namun bom bunuh diri semacam itu merupakan ciri serangan TTP, dan dilakukan di tempat yang dulu pernah menjadi markas komandan Taliban Swat Maulana Fazlullah.

"Empatpuluh-satu orang tewas dan 45 lain cedera dalam ledakan bunuh diri itu," kata Mian Iftekhar Hussain, menteri penerangan provinsi.

Seorang jurubicara Kantor Media Swat mengatakan, enam prajurit termasuk diantara mereka yang tewas ketika penyerang bom muda yang berjalan kaki itu menabrakkan dirinya ke konvoi paramiliter yang melewati pasar yang ramai di kota Alpuri.

"Ketika ia meledakkan dirinya, beberapa truk yang membawa amunisi terkena dan amunisi meledak, mengakibatkan korban-korban tewas lain," kata jurubicara itu.

"Ia berusia 13 atau 14 tahun, menurut penyelidikan kami sejauh ini," tambahnya.

Pemboman terakhir itu terjadi setelah penyanderaan akhir pekan dan serangan bom mobil bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 52 orang sipil Jumat di sebuah pasar yang ramai di kota Peshawar, Pakistan baratlaut, dan serangan terhadap sebuah kantor PBB di Islamabad pada Senin yang menewaskan lima pekerja bantuan.

Pasukan Pakistan mengklaim sejumlah kemenangan militer atas Taliban tahun ini, namun serangan-serangan terus berlangsung, sebagian besar di wilayah baratlaut.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Militer Pakistan meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Pakistan menyatakan, lebih dari 1.930 militan dan 170 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.

Ofensif militer diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009