Free at last, a Javan gibbon pair is released to their forest home

     Jakarta, 15/10 (ANTARA) - Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan satu-satunya jenis primata tidak berekor dari keluarga owa yang ditemukan di Pulau Jawa. Kerabat owa lainnya hidup di Sumatera (2 jenis), Mentawai (1 jenis), dan Kalimantan (2 jenis). Saat ini Owa Jawa terancam punah dan menurut badan dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature), satwa ini berstatus terancam punah (endangered species). Hutan hujan tropis yang menjadi tempat hidupnya menghilang dengan cepat di bawah tekanan pembangunan dan pertumbuhan populasi manusia. Selain itu tingkat perburuan satwa ini juga tinggi karena owa dikenal sebagai satwa peliharaan kegemaran masyarakat sehingga hal tersebut turut meningkatkan resiko kepunahannya.

     Sebagai satwa langka (endangered), Owa Jawa memerlukan upaya konservasi yang komprehensif. Selain perlindungan populasi dan habitat, langkah lain yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan konservasi kepada masyarakat. Tugas ini dilakukan oleh Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan (Dirjen PHKA Dephut) bekerjasama dengan Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa (Javan Gibbon Center/JGC). Sejak dibangun pada tahun 2003, JGC yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango telah menerima 30 (tiga puluh) Owa Jawa yang berasal baik dari sitaan Departemen Kehutanan maupun yang diserahkan langsung dari masyarakat. Setelah melewati proses rehabilitasi kesehatan dan tingkah laku yang cukup panjang, owa-owa tersebut diharapkan dapat dikembalikan ke habitat alaminya dan meneruskan kehidupan mereka.

     Saat ini, terdapat dua individu Owa Jawa yang telah berhasil menjadi pasangan tetap dan siap untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya. Kedua owa tersebut yang diberi nama Echi (betina) dan Septa (jantan), diperkirakan lahir pada tahun 1999 dan diterima di JGC pada Januari 2008. Pada tanggal 18 Agustus 2009, telah dilaksanakan jumpa pers pasangan Owa Jawa yang berasal dari Pusat Rehabilitasi dengan memindahkannya menuju ke kandang habituasi di Blok Hutan Tiwel, Resort Bodogol BPTN Wilayah III Bogor, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango untuk menjalani proses adaptasi di habitat alamnya sebelum pelepasliaran sebenarnya dilakukan. Saat jumpa pers dilaksanakan, keduanya telah menunjukkan kemajuan pesat dengan berperilaku seperti owa di alam. Keduanya juga dipastikan bebas dari penyakit menular yang umum ditemukan pada satwa bekas peliharaan seperti TBC (Tuberkulosis) dan hepatitis.

     Dalam sambutan pada acara jumpa pers tersebut, Dirjen PHKA, Ir. Darori MM, menyampaikan bahwa upaya pelepasliaran Owa Jawa merupakan langkah strategis untuk menyelamatkan satwa endemik Jawa itu dari kepunahan. Lebih lanjut beliau mengatakan, "Mengingat ancaman kepunahan Owa Jawa yang tinggi, melindungi setiap individu perlu dilakukan dan menjadi komitmen pemerintah untuk menjamin kelangsungan hidup satwa itu". Sejalan dengan pernyataan Dirjen PHKA, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Ir. Sumarto, MM, menambahkan bahwa lokasi pelepasan pasangan Owa Jawa di Blok Hutan Tiwel akan dipantau/dimonitoring secara ketat dan kontinu untuk melindungi kedua owa dari penangkapan kembali. Selain itu, Blok Hutan Tiwel juga akan direstorasi sehingga dapat menjadi habitat yang sehat bagi kehidupan Owa Jawa. "Tentu saja, upaya pelepasliaran Owa Jawa harus disertai dengan upaya penegakan hukum dan pendidikan masyarakat untuk tidak memburu atau memelihara satwa itu", jelas Ir. Sumarto, MM.

     Selama proses habituasi, kedua Owa Jawa terus dipantau perkembangan perilakunya hingga menjelang waktu pelepasliaran. Terdapat beberapa indikator yang sesuai dengan standar IUCN dan diadopsi oleh JGC untuk menyatakan bahwa owa tersebut siap dilepasliarkan. Selain dari faktor kesiapan individu dalam melakukan adaptasi, studi kelayakan habitat juga dilakukan terhadap areal yang dijadikan tempat pelepasliaran.

     Owa adalah satwa monogamous yang hidup arboreal sehingga membutuhkan hutan dengan kanopi antar pohon yang berdekatan. Beberapa studi analisa telah dilakukan seperti analisa vegetasi untuk penilaian kecukupan pakan, berkembang biak, berlindung, tempat beristirahat dan sebagainya. Berdasarkan hasil studi tersebut, maka Blok Hutan Tiwel di Resort Bodogol, Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Bogor, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dinyatakan sesuai sebagai areal pelepasliaran.

     Saat ini keduanya dipastikan telah siap untuk dilepaskan ke alam seperti yang ditunjukkan dengan perilaku nyanyian pagi (morning call) untuk menandai teritori dan mengonsumsi 100% pakan alami yang berada di dalam kandang habituasi. Keduanya akan dilepaskan ke alam dalam sebuah upacara yang akan dipimpin langsung oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 15 Oktober 2009 di Blok Hutan Tiwel di Resort Bodogol, Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Bogor, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

     Upacara Pelepasliaran tesebut, juga akan dihadiri berbagai kalangan, seperti perwakilan negara-negara sahabat, pemerintah daerah, LSM konservasi, peneliti, pelaku bisnis, dan pemuka masyarakat. Kegiatan diatas diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat komitmen semua pihak dalam menyelamatkan salah satu satwa kebanggaan masyarakat Jawa dan Indonesia. Pelepasliaran Owa Jawa ini merupakan peristiwa bersejarah dalam upaya konservasi di Indonesia. Ini merupakan kali pertama, sepasang Owa Jawa bekas peliharaan akan dilepasliarkan menuju habitat alaminya. Peristiwa ini diharapkan dapat membuka mata dunia terhadap konservasi di Indonesia karena peristiwa ini merupakan yang pertama di dunia.

     Bersamaan dengan momentum tersebut, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mengajak seluruh undangan berpartisipasi mendukung program Departemen Kehutanan 'One Man One Tree' dengan turut melakukan penanaman di koridor habitat alam Blok Hutan Tiwel, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Penanaman ini dilakukan sebagai upaya restorasi dan rehabilitasi sekaligus menciptakan habitat alami yang kondusif bagi perkembangan, tidak hanya bagi Owa Jawa tetapi juga seluruh hidupan liar di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Drs. Bintoro, MSi, Kepala Bidang Analisis & Penyajian Informasi, mewakili Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan

     Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi:
     Tangguh
     Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
     Jl. Raya Cibodas PO Box 3 Sdl Cipanas Cianjur
     Jawa Barat
     Phone/Fax (0251) 512776/519415
     Email: tangguh.t@gedepangrango.org

     Anton Ario
     Javan Gibbon Center
     Jalan Raya Bogor-Sukabumi KM.21 Cigombong Lido
     Bogor 16740
     Phone/fax (0251) 8224963
     E mail: aario@conservation.org




Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009