Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan mempercepat penggunaan bahan bakar gas (BBG) terutama untuk transportasi angkutan jalan. Hal ini dilakukan guna mendukung program konservasi energi melalui pemanfaatan energi alternatif yang telah tersedia.

"Transportasi merupakan konsumen bahan bakar minyak (BBM) terbesar di Indonesia. Pada tahun 2001 kami mencatat transportasi mengkonsumsi 26,24 juta kilo liter BBM atau sebesar 48 persen dari total konsumsi nasional," jelas Cucuk Suryosuprodjo, Staf Ahli Menteri Perhubungan bidang Teknologi dan Energi di Jakarta, kemarin (15/10).

Cucuk menjelaskan dari total penggunaan BBM oleh sektor transportasi itu, 88 persen diantaranya digunakan untuk angkutan jalan, 7 persen angkutan laut, 4 persen angkutan udara dan 1 persen Kereta Api dan SDP.

Ketergantungan sektor transportasi terhadap BBM ini, papar Cucuk, telah menimbulkan kekhawatiran karena jumlah cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia terbatas.

Disamping itu, tambah dia, pembakaran BBM menimbulkan pencemaran yang berat terutama di kota-kota besar.

"Kekhawatiran ini semakin nyata bila kita melihat fenomena laju pertumbuhan kepemilihan dan pemakaian kenderaan bermotor", imbuhnya.

Dari data diperoleh informasi bahwa laju pertumbuhan kenderaan bermotor di Indonesia antara 8 hingga 12 persen per tahun.

"Sementara cadangan minyak Indonesia tinggal sekitar 23 tahun lagi", tegas Cucuk.

Karena itu, menurutnya, perlu percepatan konversi penggunaan energi bahan fossil ke bahan bakar alternatif.

"Dalam jangka pendek, akan disiapkan investasi untuk perluasan jaringan SPBG di DKI Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang dan Cirebon", pungkasnya.

Selain itu, tambahnya, akan dipersiapkan investasi Converter Kit untuk angkutan taksi di DKI Jakarta dan Surabaya untuk 30.585 unit.

"Konverter Kit juga akan disediakan untuk kendaraan dinas", tambahnya.

Sedangkan dalam jangka menengah Cucuk mengatakan akan dikembangkan system angkutan massal (BRT) berbasis bus BBG, perluasan jaringan SPBG di kota-kota besar di Jawa-Bali, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009