Brebes (ANTARA News) - Para petani tambak ikan bandeng di Desa Sawojajar, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, beralih menjadi petani garam selama musim kemarau.

"Petani memilih menjadikan tambak ikan bandengnya sebagai tempat pembuatan garam karena lebih menguntungkan," kata seorang petani garam setempat, Sodikun, di Brebes, Minggu.

Ia menjelaskan, budi daya bandeng memerlukan air hujan yang melimpah. Bila tambak bandeng dipertahankan selama kemarau maka  para petani akan rugi karena  curah hujan tidak mencukupi.

Sekitar 70 petani setempat beralih dari budi daya bandeng di tambaknya menjadi pembuatan garam.

"Petani bandeng yang tidak beralih ke garam, mereka memilih bekerja di sektor lain," katanya.

Ia mengatakan, harga jual garam selama musim kemarau di pasaran Rp400 perkilogram sedangkan saat musim hujan Rp230 perkilogram.

Harga jual garam yang relatif mahal mendatangkan keuntungan bagi petani."Membuat garam juga tidak begitu sulit," katanya.

Ia mengatakan, proses pembuatan garam dimulai dengan menampung air laut selama sekitar seminggu di petak penampungan hingga terjadi perubahan kondisi air.

Air tampungan dialirkan ke petak lain untuk kristalisasi."Tiap satu minggu kami dapat memanen garam hingga 10 petak di lahan sekitar satu hektare," katanya.

Ia mengatakan, produksi garam di lahannya mencapai sekitar 20 ton.Petani setempat menjual garam antara lain ke pengepul, nelayan, pabrik es, dan pelaut yang hendak berlayar.

"Juga dikirim ke beberapa daerah seperti Pekalongan, Jakarta, Cilacap, dan Semarang," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009