Raha, Sultra (ANTARA News) - Intan (15), siswi kelas satu SMA Negeri 1 Raha yang diduga menjadi korban kekerasan dan pemerkosaan pada Senin (19/10) lalu, sampai sekarang masih terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit.

Pada tubuh korban yang masih dirawat di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, tampak luka sayatan benda tajam di tangan kanan dan kiri serta kaki kanan dan kirinya.

La Neka (37), ayah korban yang melihat kondisi putrinya tampak pasrah dan sedih. "Saya sangat sakit, saya tidak tahu siapa yang melakukan kejahatan kepada anak saya. Ini benar-benar jahat," ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek itu.

Menurut La Neka, putrinya meninggalkan rumah di Desa Wapunto, Kecamatan Duruka, Senin (19/10) sekitar pukul 16.00 WITA. Dia mengaku akan mengikuti praktik renang di Gedung Olahraga (SOR) Raha yang diselenggarakan oleh sekolahnya.

Namun, dia baru kembali ke rumah sekitar pukul 23.00 WITA dalam kondisi sudah tidak berdaya.

"Saya tahu dia datang setelah mendengar suaranya di halaman rumah menjerit kesakitan dengan berkata mati saya, pak," ujar La Neka, seraya menambahkan, saat ia keluar putrinya sudah terkulai di tanah tidak sadarkan diri hingga ia membawanya ke RSUD Raha.

Menurut La Neka, dirinya telah melaporkan musibah yang dialami putrinya, namun polisi masih kesulitan mengungkap pelaku karena korbannya kini belum sadarkan diri.

"Saya diberitahu oleh polisi bahwa sudah dua orang yang dicurigai terlibat dalam kasus penganiaan ini dan kini sementara dalam mengawasan polisi," ujarnya.

Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Raha, Drs Arfi saat dikonfirmasi mengatakan, pihak sekolah pada hari Senin (19/10) tidak menyelenggarakan kegiatan praktik olahraga renang.

"Saya sudah cek kepada guru olahraga di sekolah ini, tapi katanya tidak ada praktik renang pada hari itu," jelasnya.

Pada hari itu yang ada hanya praktik olarhaga pencak silat yang dilaksanakan di sekolah, dan itu pun pesertanya dari kelas lain.

Siti Rahma, teman akrab yang juga satu kelas dengan Intan membenarkan bahwa tidak ada praktik olahraga renang pada hari Senin itu.

"Saya memang ditelepon sama Intan menanyakan perihal praktik renang, tapi saya sampaikan tidak ada," ujar Siti Rahma, seraya menambahkan dirinya bersama rekan-rekanya juga tidak mengetahui kalau Intan tidak masuk sekolah pada Selasa (20/10) karena musibah itu.

Pengakuan yang sama juga dikemukakan guru olahraga SMA Negeri 1 Raha, Sidratil bahwa tidak ada kegiatan praktik renang pada hari itu.

Hingga saat ini pihak kepolisian setempat telah mengambil telepon genggam milik korban guna melakukan pelacakan terhadap sejumlah nomor yang pernah menghubungi Intan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009