Hua Hin (ANTARA News) - Pemberlakuan kawasan perdagangan bebas yang ingin diwujudkan komunitas ASEAN pada 2015 masih mengizinkan tarif tertentu untuk beberapa komoditas strategis.

Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri Imron Cotan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 ASEAN di Hua Hin, Thailand, Jumat, mengatakan, pembahasan mengenai pengecualian bebas tarif untuk beberapa komoditas strategis itu masih berada di tingkat pejabat senior ekonomi sehingga ia belum bisa menyebutkan jenis komoditas strategis tersebut.

"SEOM sedang bekerja sekarang. Targetnya demikian, tapi mungkin ada `strategic commodities` yang dikecualikan," ujarnya.

Menurut Imron, pengecualian tarif bebas untuk beberapa komoditas strategis di kawasan perdagangan bebas ASEAN nantinya bukan hal yang tidak mungkin dilakukan karena organisasi perdagangan dunia pun menganut prinsip demikian.

"Pada prinsipnya semua ada pengecualian, WTO juga ada kok," katanya.

ASEAN berambisi untuk mewujudkan komunitas ASEAN pada 2015 yang meliputi kawasan perdagangan bebas di antara 10 negara anggota ASEAN. Untuk tujuan tersebut, para pemimpin negara ASEAN telah menyepakati piagam ASEAN yang merupakan peta jalan menuju terwujudnya komunitas ASEAN tersebut.

Salah satu yang ingin diwujudkan adalah keterhubungan ekonomi yang menjamin bebasnya aliran barang dan tenaga kerja di antara negara-negara ASEAN. Komunitas ASEAN 2015 sesuai dengan piagam ASEAN dibangun atas tiga pilar, yaitu komunitas politik dan keamanan, komunitas ekonomi, dan komunitas sosial budaya.

Sementara itu, Imron menyatakan optimismenya terhadap mekanisme Chiang Mai Initiave yang diharapkan dapat mulai berlaku pada Desember 2009.

Menurut dia, pembahasan Chiang Mai Initiative sudah mencapai final dan hanya menunggu implementasi.

Chiang Mai Initiative adalah pembentukan dana cadangan senilai 120 miliar dolar AS yang digagas ASEAN bersama tiga negara tetangganya, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan untuk membantu negara di kawasan ASEAN yang menderita kekeringan likuiditas akibat krisis keuangan global.

Imron mengatakan, Indonesia kemungkinan tidak akan menggunakan fasilitas Chiang Mai Intiative, namun akan amat terbantu untuk penguatan mata uang di tingkat kawasan.

Dana siaga yang dipersiapkan melalui mekanisme Chiang Mai Initiave, menurut dia, lebih bertujuan untuk menakut-nakuti para spekulan agar mereka tidak berspekulasi dengan mata uang di kawasan ASEAN.

"Chiang Mai Initiave jangan hanya dilihat uangnya. Itu untuk `back up`, sehingga spekulan akan takut menyerang. Selain kita punya cadangan sekian miliar dolar AS, kita juga punya dana Chiang Mai Initiative 120 miliar dolar AS, sehingga spekulan akan kalah," tutur Imron.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009