Hua Hin (ANTARA News) - Seiring peran Indonesia yang meningkat dalam forum kelompok G20, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, Indonesia tidak akan pernah meninggalkan ASEAN.

"Memang saya mendengar kekhawatiran kalau-kalau Indonesia sudah punya klub baru, rumah baru, yaitu G20, lantas tidak lagi menjadikan ASEAN sebagai rumah utamanya," ujar Presiden dalam konferensi pers mengakhiri kunjungan kerja di Thailand untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 ASEAN di Hua Hin, Minggu malam.

Sebagai salah satu negara pendiri ASEAN, Presiden menjelaskan, Indonesia tetap akan berperan aktif dan menjadi bagian penting dari ASEAN, terutama untuk mewujudkan cita-cita Komunitas ASEAN pada 2015.

"Oleh karena itu tidak benar kalau Indonesia masuk G20 lantas ASEAN dianggap tidak penting lagi. ASEAN sangat penting, namun demikian dalam forum lebih luas Indonesia menyadari bahwa dalam G20 perkara-perkara global bisa kita bahas lebih konklusif lagi," tutunya.

Dalam pertemuan pemimpin negara G20 di Pittsburgh pada September lalu, Presiden Yudhoyono juga telah menegaskan keinginannya agar dalam setiap pertemuan G20 Ketua ASEAN bergilir juga diundang.

Sehingga, kata Presiden, dalam G20 Indonesia tidak hanya membawa kepentingannya sendiri, namun sekaligus menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang dan ASEAN.

Pemimpin negara ASEAN dalam KTT ke-15 juga memberikan apresiasi terhadap sikap Indonesia dalam G20, sehingga disepakati pembentukan kontak grup ASEAN-20 beranggotakan Indonesia, Ketua ASEAN bergilir dan Sekretaris ASEAN untuk memposisikan sepuluh negara Asia Tenggara dalam G20. Menteri Keuangan ASEAN juha diwajibkan untuk bertemu guna mematangkan posisi tersebut setiap menjelang pertemuan G20.

Indonesia adalah satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi anggota permanen G20. G20 yang terdiri atas perwakilan negara maju dan berkembang saat ini diandalkan dunia untuk mencari solusi atas dampak krisis keuangan global.

Presiden Yudhoyono mengatakan, di masa depan G20 harus berkembang tidak hanya sebatas mengatasi masalah krisis ekonomi, namun juga harus mampu mengatasi berbagai isu global seperti perubahan iklim dan keamanan internasional.

Sementara itu, untuk terwujudnya komunitas ASEAN 2015, Presiden mengatakan para pemimpin sepuluh negara Asia Tenggara terus memastikan semua proses, tahapan, dan peta jalan berada pada arah yang benar sehingga dapat memenuhi target waktu.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009