Timika (ANTARA News) - Warga Mimika, Papua, mengutuk keras pelaku penembakan di areal pertambangan PT Freeport Indonesia yang hingga kini belum ditangkap.

Apakah tidak ada jalan lain yang lebih bermartabat daripada mengorbankan masyarakat kecil yang tidak punya kepentingan apapun, kata Fredy Thomas Bhato, selaku pengurus Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Kabupaten Mimika, di ruang sidang DPRD Mimika, Senin.

"Kami masyarakat Mimika meminta pelaku agar menghentikan aksi kebrutalan mereka," kata Fredy Thomas Bhato menegaskan.

Menurut Fredy, selama insiden penembakan di areal Freeport sejak Juli hingga Oktober, warga Toraja telah menjadi korban. Salah seorang di antaranya, Markus Rate Allo tewas tertembak pada 12 Juli dan beberapa lainnya menderita luka-luka.

Dengan berlarut-larutnya pengungkapan dalang di balik aksi kekerasan di areal Freeport, Fredy pesimistis para karyawan Freeport bisa menikmati ketenangan dan kenyamanan saat bekerja ataupun saat melintas di ruas jalan penghubung Timika-Tembagapura.

"Siapa yang menjamin ke depan tidak ada korban lagi. Apakah karyawan sengaja dikorbankan untuk kepentingan tertentu?" tanyanya.

Ia mensinyalir ada rencana terkoordinasi yang dilakukan pihak-pihak tertentu dengan menjadikan karyawan sebagai sasaran tembak mengingat lokasi penembakan hanya terjadi di sekitar Mile 40-50 ruas jalan Timika-Tembagapura.

Wakil Direktur Yayasan Hak Azasi Manusia Anti-Kekerasan (YAHAMAK) Timika, Arnold Ronsumbre atas nama rakyat Mimika menyampaikan ucapan duka cita bagi para korban yang tewas di areal Freeport.

Arnold menegaskan, masyarakat Mimika akan terus bertanya kepada polisi dan aparat Satgas Amole Timika II jika belum mampu menangkap pelaku utama penembakan di areal Freeport.

"Kami minta Kapolres Mimika dan Kapolda Papua jangan keluar dari Timika sampai pelaku penembakan di areal Freeport ditangkap dan diusut tuntas," tegas Arnold.

Ketua DPC SPSI Mimika, Agus Hugo Kreey mendesak DPRD Mimika membentuk Panitia Khusus (Pansus) yang mengontrol kinerja Satgas Amole Timika II.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009