Jakarta (ANTARA) - Kemenangan 1-0 Tottenham atas Everton dalam pertandingan Liga Premier Selasa dini hari jauh dari kata klasik dan sebaliknya malah lebih dikenang karena keributan yang terjadi antara penjaga gawang Spurs Hugo Lloris dan rekan satu timnya Son Heung-min yang dengan nada bahagia justru disebut Jose Mourinho sebagai "indah".

Karena hanya menang satu kali dari sembilan pertandingan terakhir dari semua kompetisi menjelang laga melawan Everton itu dan hasrat pertandingan mereka dipertanyakan Mourinho setelah takluk 1-3 kepada Sheffield United akhir pekan lalu, emosi membara di kalangan pemain Spurs.

Mereka unggul berkat gol bunuh diri Michael Keane namun Lloris mendidih emosinya ketika para pemain meninggalkan lapangan usai babak pertama. Dia mengomeli Son tak mau melapis balik ketika Richarlison memiliki peluang emas menciptakan gol pada akhir babak pertama untuk Everton.

Mereka sampai terpaksa dipisahkan rekan-rekan satu timnya sekalipun semuanya akhirnya tersenyum kembali.

Baca juga: Spurs kalahkan Everton berkat gol bunuh diri Michael Keane
Baca juga: Sissoko yakin Tanguy Ndombele bakal sukses bersama Tottenham Hotspur


Mourinho, yang menjadi manajer kelima yang mencatat kemenangan ke-200 di Liga Premier dan yang tercepat kedua melakukan hal itu setelah Alex Ferguson, menyatakan dia mendorong pemain-pemainnya untuk lebih kritis satu sama lain.

"Itu indah," kata Mourinho yang klubnya merangkak naik ke posisi delapan atau sembilan poin di bawah peringkat keempat seperti dilansir Reuters.

"Kemungkinan besar itu (percekcokan) sebagai akibat dari pertemuan-pertemuan kami. Jika Anda ingin ada orang yang disalahkan, maka orang itu adalah saya. Saya mengkritik anak-anak saya, mereka tidak cukup kritis terhadap mereka sendiri."

"Saya meminta dia untuk saling lebih menuntut. Son adalah anak yang hebat, semua orang menyukai Son tetapi sang kapten meminta Anda harus berbuat lebih dan memberi lebih kepada tim."

Memperkuat mentalitas yang dia harapkan dari pemain-pemainnya, Mourinho, juara Liga Premier tiga kali selama dua termin masa melatih Chelsea, mengatakan dia mendorong pertukaran pandangan yang jujur di antara pemain-pemainnya.

"Sebuah tim berisi anak-anak baik dan anak-anak yang manis, satu-satunya yang mereka inginkan menang di akhir musim adalah piala fair play dan saya tak pernah tertarik menang seperti itu," kata dia.

"Saya tidak suka tim yang tidak kritis. Yang terjadi pada babak pertama itu semestinya tak boleh terjadi di sini, itu harusnya terjadi cuma di dalam ruang ganti."

"Tetapi saya bisa jamin Anda tim-tim yang saya menangkan selalu berjuang keras," kata dia.

Baca juga: Luke Shaw yakin MU kini lebih percaya diri
Baca juga: Bos Brighton yakini Liverpool bakal terus dominasi liga

 

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020