Denpasar (ANTARA News) - Hari hening sedunia atau WSD akan kembali diusulkan sebagai salah satu cara mengantisipasi perubahan iklim dalam konferensi dunia tentang perubahan iklim (UNFCC) di Copenhagen pada Desember 2009.

Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim (KBPI) sebagai lembaga yang mengusung WSD kini sedang aktif melakukan pengumpulan tandatangan untuk memperjuangkan hal tersebut.

Koordinator KBPI I Made Suarnatha di Sanur, Denpasar, Rabu mengakui, pihaknya sedang melakukan proses pengumpulan 10 juta tandatangan agar WSD mendapatkan pengakuan dunia, dan saat ini telah terkumpul sekitar 10.000 tandatangan.

"Pengumpulan dukungan terhadap WSD juga dilakukan melalui website www.worldsilentday.org. Kami tetap mengumpulkan dukungan dan aktivitas kami ini akan menjadi pengayaan dari kampanye tentang World Silent Day atau WSD," ujarnya.

Menurut dia, WSD merupakan salah satu cara yang dapat diadopsi sebagai salah upaya mengantisipasi terhadap perubahan iklim. Konsep WSD sendiri diambil dari kearifan masyarakat lokal Bali berupa Nyepi (kegiatan menghentikan seluruh kegiatan selama satu hari).

Konsep ini sudah mulai dapat diterima di beberapa kawasan negara-negara di dunia, bahkan walaupun WSD belum diadopsi dalam UNFCC, tapi beberapa daerah sudah mencoba melaksanakannya.

"Beberapa tempat seperti di Sidney, Australia itu melakukan silent. Jadi sudah ada yang memulai untuk melakukan silent day sesuai dengan kondisi dan situasi di tempat mereka," ujarnya.

Dia menambahkan, konsep WSD pada dasarnya sudah mulai dapat diterima di kalangan masyarakat dunia. Terbukti berbagai kegiatan saat ini selalu mengedepankan konsep kelestarian lingkungan. Namun tentunya hal ini tetap memerlukan dukungan guna memperluas jangkauan penyelamatan lingkungan dan antisipasi terhadap perubahan iklim.

Berdasarkan kalkulasi dari KBPI menyebutkan bahwa konsep Nyepi yang menjadi konsep dasar dari WSD telah mampu mengurangi pembuangan gas karbon mencapai 23 juta ton hanya dari kendaraan bermotor dalam satu hari.

WSD setiap tahunnya digelar pada 21 Maret, dimana pada saat tersebut masyarakat dunia diharapkan melakukan hening selama empat jam dari pukul 10.00 hingga 14.00 dengan cara mematikan barang-barang elektronik dan tidak menggunakan kendaraan bermotor.

"Ini adalah kampanye yang menghimbau setiap individu berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca yang memicu pemanasan global dan perubahan iklim," ujarnya.  (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009