Seoul (ANTARA News/AFP) - Pihak keamanan Korea Selatan (Korsel), Kamis, mengumumkan penahanan seorang dosen perguruan tinggi atas tuduhan menjadi mata-mata Korea Utara (Korut), dan mengatakan ia direkrut oleh agen-agen Pyongyang di India.

Pria yang bernama Lee itu dituduh menyampaikan informasi tentang operasi-operasi militer dan fasilitas Korsel kepada Korut yang komunis itu, kata para jaksa dan Badan Intelijen Nasional dalam satu pernyataan bersama.

Lee, 37 tahun, yang direkrut tahun 1992 ketika sedang belajar di sebuah perguruan tinggi di New Delhi, mengunjungi Ptongyang dua kali untuk menjadi anggota partai komunis dan menerima 50.600 dolar untuk dana operasional, kata mereka.

Ia dituduh mencuri informasi rahasia dengan menggunakan statusnya sebagai anggota Dewan Penasehat Unifikasi Nasional, satu organisasi pemerintah yang mempromosikan unifikasi semenanjung itu.

Sebagai anggota partai politik yang tidak dikenal, Lee memberikan kuliah di pangkalan-pangkalan militer tentang keamanan, kata pernyataan itu.

Informasi disampaikan ke Korut antara tahun 1997 dan Februari tahun ini termasuk lokasi-lokasi seperti pangkalan-pangkalan dan fasilitas-fasilitas penting lainnya, kata pernyataan itu.

Ia menerima satu tanda jasa Korut dalam kunjungan ke Singapura tahun 2003 dan menggunakan sejumlah dana operasionalnya untuk kuliah mengambil gelar doktor di Korsel, kata pernyataan itu.

Kedua negara secara teknis tetap dalam perang sejak konflik mereka tahun 1950-1953 dan Seoul beberapa kali dalam tahun-tahun belakangan ini mengumumkan penahanan mata-mata Korut.

Dalam kasus yang paling terkenal tahun lalu, seorang wanita berusia 35 tahun yang datang dari Korut dengan menyamar sebagai pembelot dan menggunakan seks untuk memperoleh rahasia militer dihukum lima tahun penjara.

Korut membantah ia adalah agennya menyatakan dia "sampah manusia" dan menyebutkan penyidangannya sebagai satu "permainan usang sekali" yang direkayasa untuk meningkatkan ketegangan.

Data resmi Seoul menunjukkan lebih dari 4.500 orang dinyatakan sebagai mata-mata bagi Korut sejak semenanjung itu terbagi dua tahun 1948.(*) 

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009