Islamabad (ANTARA News/AFP) - Militer Pakistan menyatakan, Kamis, pasukan membunuh 28 militan dan kehilangan lima prajurit dalam pertempuran terakhir di kawasan suku Waziristan Selatan yang berbatasan dengan Afghanistan.

Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke wilayah baratlaut pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang didukung oleh jet-jet tempur dan helikopter meriam untuk mengepung tempat-tempat persembunyian Tehreek-e-Taliban.

"Dalam 24 jam terakhir, 28 teroris tewas, sedang lima orang ditangkap. Pasukan keamanan kehilangan lima prajurit," kata militer dalam sebuah pernyataan.

Prajurit-prajurit itu tewas dalam ledakan di kota strategis Sararogha, bekas pangkalan operasional almarhum panglima perang Taliban Baitullah Mehsud, dan 16 militan tewas dalam pertempuran yang terjadi kemudian, kata pernyataan militer itu.

Pasukan membunuh tujuh militan di desa-desa antara pangkalan Taliban Shakai dan Kanigurram sebagai pembalasan atas serangan roket, tambahnya.

Informasi mengenai perkembangan di medan perang hanya diberikan oleh militer. Keterangan itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen karena komunikasi diputus dan wartawan serta pekerja bantuan dilarang memasuki zona pertempuran.

Di Islamabad, PBB mendesak Pakistan menjamin keselamatan warga sipil dan pekerja bantuan selama ofensif yang masih terus berlangsung.

"Kami mendesak semua yang terlibat dalam operasi militer mengambil prioritas pertama mutlak untuk menjamin keselamatan dan keamanan warga sipil," kata koordinator kemanusiaan PBB Martin Mogwanja kepada wartawan.

Organisasi Pengawas Hak Asasi Manusia yang berpusat di AS pekan lalu mengatakan, mereka menerima laporan mengenai kematian warga sipil dan penghancuran harta-benda selama operasi militer itu.

Sebanyak 30.000 prajurit Pakistan mengambil bagian dalam ofensif terhadap sekitar 10.000 hingga 12.000 militan di kawasan suku semi-otonomi yang dilanda kekacauan.

Pasukan Pakistan mengklaim sejumlah kemenangan militer atas Taliban tahun ini, namun serangan-serangan terus berlangsung, sebagian besar di wilayah baratlaut.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Militer Pakistan meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Pakistan menyatakan, lebih dari 1.930 militan dan 170 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.

Ofensif militer sebelumnya diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009