London (ANTARA News/AFP) - Satu tentara Inggris tewas akibat ledakan di Afghanistan selatan, sehingga tentara Inggris tewas sejak serbuan 2001 pimpinan Amerika Serikat atas negara itu menjadi 231, kata Kementerian Pertahanan pada Minggu.

"Dengan sedih, Kementerian Pertahanan harus memastikan kematian seorang tentara dari Batalion II, Senapan," kata pernyataannya.

Ia tewas pada Sabtu siang oleh ledakan di dekat Sangin di provinsi Helmand tengah, tempat kebanyakan dari 9.000 tentara Inggris di Afghanistan bertempur dengan pejuang Taliban bermarkas.

Seorang tentara Inggris tewas akibat ledakan di Afghanistan selatan pada Kamis, dua hari setelah lima tentara tewas akibat penembakan oleh seorang polisi Afghanistan, kata Kementerian Pertahanan Inggris pada Jumat.

Tentara itu dari Batalion Senapan III dekat Sangin di propinsi bergolak Helmand, kata jurubicara Gugus Tugas Helmand, Letnan Kolonel David Wakefield.

Lima tentara Inggris tewas pada pekan lalu sesudah seorang tentara Afghanistan menyerang pos pemeriksaan di Helmand, yang memicu pertanyaan lagi terhadap tugas mereka di sana di antara kemerosotan dukungan rakyat pada perang tersebut.

"Semua tewas akibat luka tembak dalam serangan di daerah Nad-e-Ali, Helmand, 3 Nopember 2009 malam," kata pernyataan pejabat itu, "Serangan itu diselidiki."

Jurubicara tentara, Letnan Kolonel David Wakefield, mengatakan di radio Inggris BBC bahwa tentara tewas itu adalah penasehat polisi Afghanistan dan tinggal di pos pemeriksaan tersebut.

"Seorang polisi Afghanistan, yang mungkin bertindak sebagai penghubung dengan yang lain, mulai menembak dalam pos pemeriksaan itu," katanya.

Itu merupakan kejadian paling berdarah pada tahun ini bagi angkatan bersenjata negara itu sejak perang di Malvinas pada 1982.

Tiga dari serdadu itu dari Pengawal Grenadier dan dua dari Polisi Militer.

Perdana Menteri Gordon Brown mengatakan, "Kematian lima tentara itu dalam kejadian tunggal adalah kehilangan, yang sama sekali tidak menyenangkan."

Seorang tentara Inggris tewas akibat ledakan di Afghanistan selatan, kata kementerian pertahanan Inggris pada awal November.

Tentara pada Korps Perbekalan Kerajaan itu tewas di Sangin, propinsi Helmand.

Jurubicara Gugus Tugas Helmand, Letnan Kolonel David Wakefield, mengatakan, "Seorang tentara dari Korps Logistik Kerajaan tewas akibat ledakan di propinsi Helmand."

Pasukan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO menyoroti bom rakitan (IED), yang dipasang Taliban sebagai salah satu bahaya terbesar bagi tentara, khususnya di Helmand dan Kandahar.

Inggris memiliki 9.000 tentara di Afghanistan dan akan mengirim 500 tentara lagi.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada ahir 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di negara adidaya tersebut, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Bom buatan rumahan, yang dikenal dengan IED dan dipasang di jalan, menjadi pembunuh utama tentara asing di di Afganistan, kata pemimpin politik Barat.

IED menjadi senjata utama Taliban dalam peningkatan perlawanan terhadap lebih dari 100.000 tentara asing di bawah kepemimpinan Amerika Serikat dan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afganistan.

IED itu mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, kata tentara.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009