Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengingatkan operator selular untuk menekan biaya investasi jaringan Internet dan jangan sampai investasi itu membebani tarif yang dikenakan kepada pelanggan.

"Jika biaya investasi jaringan internet besar, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap tarif internet yang selama ini dinilai sudah cukup murah," kata Ketua Bidang Riset APJII, Eka Indarto, di Jakarta, Senin.

Eka menjelaskan, saat ini operator berlomba memberikan layanan dengan menggelar jaringan internet berbasis teknologi High Speed Packet Access plus (HSPA+) dengan kecepatan 21 Mbps.

Namun menurut Eka, dengan investasi yang besar belum menjamin kelangsungan layanan yang lebih baik, karena upgrade jaringan membutuhkan waktu penyesuaian.

Setidaknya hingga kini, baru dua operator yaitu PT Indosat dan PT Telkomsel yang resmi mengumumkan telah meningkatkan kapasitas (upgrade) menjadi HSPA+.

Telkomsel menyatakan menggelontorkan dana sebesar Rp1,3 triliun.

Namun Telkomsel dalam mengusung HSPA+ menggunakan vendor yang berbeda dengan dengan pemasok jaringan 3G sebelumnya..

Eka berpendapat, daripada Telkomsel tergesa-gesa membeli perangkat yang sangat mahal, lebih baik melakukan audit perangkat terlebih dahulu.

"Dari sisi teknologi, tidak wajar bila sebuah operator mengganti secara total vendor. Sebab, kompatibilitas dan kesiapan teknisnya kerap terganggu yang berpotensi menganggu layanan bagi pelanggan," tegasnya.

Meski kemampuan jaringan bisa ditingkatkan mencapai 21 Mbps, kebanyakan perangkat yang ada di pasar belum mendukung.

Keterbatasan itu antara lain di sisi terminal modem, jangkauan Node B, traffic control di Packet Core Network, Extended QoS profile di HLR, dan bandwidth limitation RNC ke Node B.

Ia berpendapat, peningkatan jaringan ke HSPA+ tidak membutuhkan dana yang besar, hanya perlu meningkatkan kemampuan piranti lunaknya.

"Jadi jangan sampai investasi yang dikeluarkan satu operator seperti Telkomsel tersebut, dibebankan kepada pengguna internet dengan tarif yang melonjak," tegasnya.

Sementara itu, Group Head Brand Marketing Indosat, Teguh Prasetya mengaku siap meng-upgrade seluruh jaringan 3G miliknya di Jabodetabek, yang ditopang 1500 node B, dengan teknologi HSPA+.

Upgrade di wilayah Jabodetabek lebih diprioritaskan, karena 70 persen dari total 500 ribu pelanggan 3,5G Indosat berdomisili di area tersebut.

Teguh enggan merinci investasi yang dikeluarkan perseroan.

"Biayanya tidak akan terlalu besar karena tetap menggunakan vendor yang lama," ujarnya.

Untuk seluruh layanan 3G di Jabodetabek, Indosat sejak dulu sudah menggunakan Ericsson.

Dengan begitu tandasnya, ketika di-upgrade ke HSPA+, biayanya tidak substansial.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009