London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak pulih di atas 79 dolar AS pada Senin karena Topan Ida mematikan mengancam instalasi minyak di Teluk Meksiko, walaupun tingkatannya sedang diturunkan menjadi sebuah badai tropis, kata para analis.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Desember, melompat 1,76 dolar menjadi 79,19 dolar per barel, juga karena mata uang AS melemah, mereka menambahkan.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember naik 1,59 dolar menjadi 77,46 dolar di perdagangan London.

Kedua kontrak ditutup melemah pada Jumat setelah data resmi Departemen Tenaga Kerja menunjukkan tingkat pengangguran AS telah melonjak menjadi 10,2 persen pada Oktober karena kehilangan 190.000 pekerjaan, menyalakan kekhawatiran permintaan energi.

Topan Ida, yang diturunkan ke badai kategori satu pada Senin dini hari, membidik Amerika Serikat dan ladang-ladang minyak di Teluk Meksiko setelah menyebabkan banjir dan tanah longsor yang menewaskan 124 orang di El Salvador.

"Harga minyak mentah naik 1,5 persen pada Senin ketika dolar melemah dan Topan Ida menyeberang ke Teluk Meksiko, di tengah kekhawatiran badai akan memutuskan produksi dari kawasan di mana Amerika Serikat menghasilkan lebih dari seperempat produksi minyak," analis Sucden Financial menulis dalam sebuah catatan kepada klien.

Sementara harga minyak rebound setelah jatuh pada hari Jumat ketika Laporan Departemen Tenaga Kerja yang dipandang sebagai salah satu indikator terbaik momentum ekonomi, menunjukkan kenaikan dalam tingkat pengangguran ke level tertinggi sejak 1983.

Namun jumlah kehilangan pekerjaan dipersempit ke tingkat terendah dalam lebih dari satu tahun.

Amerika Serikat adalah pengguna energi terbesar di dunia dan dilihat sebagai suatu pendorong penting permintaan minyak, yang telah tertekan oleh kemerosotan ekonomi global.

Sementara itu negara-negara penghasil minyak terkemuak mencemaskan bahwa konferensi perubahan iklim PBB di Kopenhagen bulan depan dapat mengenakan pajak baru industri minyak dan gas, Menteri Energi Aljazair Chakib Khelil seperti dikutip Minggu.

Khelil mengatakan kepada kantor berita Aljazair APS bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), sebuah kartel 13-anggota negara kaya minyak, khawatir pajak baru disepakati di ibukota Denmark itu bisa memiliki "dampak negatif pada ekonomi mereka."

Khelil mengatakan OPEC, yang Aljazair adalah anggotanya, akan bekerjasama untuk menyerang posisi umum jelang konferensi Desember "dalam rangka melindungi kepentingan mereka."

Jose Maria Botelho de Vasconcelos, menteri minyak Angola dan presiden OPEC saat ini bersumpah bulan lalu bahwa produsen minyak utama dunia akan menolak setiap gerakan yang akan menghukum industri mereka.

Di Kopenhagen, para pemimpin dunia akan mencoba untuk menyegel kesepakatan baru untuk memerangi perubahan iklim setelah persyaratan Protokol Kyoto berakhir pada tahun 2012.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009