Pacitan (ANTARA News) - Puluhan desa di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, sejak Senin sore sekitar pukul 18.30 WIB hingga berita ini diturunkan, dalam kondisi gelap gulita.

Pantauan ANTARA di sepanjang perjalanan mulai dari sebagian desa-desa di sisi barat Kecamatan Tulakan, seluruh desa di Kecamatan Arjosari dan Tegalombo, serta empat desa lainnya yang ada di wilayah kota Pacitan, aliran listrik PLN mati total.

Tak satu pun rumah penduduk yang terlihat lampunya menyala kecuali nyala lampu minyak yang sengaja digunakan sebagai penerangan darurat.

Satu-dua toko serba ada (toserba) serta stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) memang ada yang lampunya menyala, bahkan terang benderang.

Tapi itu pun karena tempat/pusat perbelanjaan serta pelayanan umum tersebut memiliki generator listrik (genset) pribadi yang memang telah disiapkan untuk mengantisipasi jika aliran listrik PLN tidak stabil ataupun saat terjadi pemadaman.

Pihak kantor Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) PLN cabang Pacitan saat dikonfirmasi mengenai hal ini mengatakan bahwa puluhan desa yang saat ini kondisinya gelap gulita tersebut memang tengah mengalami pemadaman bergilir.

"Seluruh area yang dilintasi jaringan listrik dari gardu induk jalur utara memang sengaja dipadamkan oleh PLN," kata Bagian Pelayanan Teknik UPJ PLN Kabupaten Pacitan, Tri Wahyono.

Dia beralasan, pemadaman itu rutin dilakukan setiap jangka waktu tertentu karena memang pasokan listrik PLN secara keseluruhan mengalami penurunan kapasitas.

"Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Pacitan saja. Tapi juga di daerah-daerah lain seperti Kabupaten Ponorogo, Madiun, Ngawi, dan masih banyak lagi," katanya.

Tri Wahyono tidak menjelaskan sampai kapan kebijakan pemadaman secara bergilir tersebut akan dicabut/dihentikan.

Alasannya, kebijakan tersebut dikeluarkan oleh APJ PLN Jatim yang kemudian ditindaklanjuti oleh UPJ PLN yang ada di daerah-daerah.

"Yang saya dengar adalah, informasi yang benar ya pemadaman dilakukan oleh PLN secara bergilir agar suplai listrik ke PLTU tetap lancar," kata Watik (29), warga desa Karangpatihan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009