Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan perekonomian global sudah membaik dibanding 18 bulan sebelumnya namun pondasinya masih rapuh.

"Dibandingkan 18 bulan lalu ekonomi global sudah mulai membaik tapi pemulihan ini masih beresiko karena pondasinya yang masih rapuh," kata Sri Mulyani dihadapan Anggota DPR RI Komisi XI di Jakarta, Selasa.

Sri Mulyani menginformasikan kondisi ekonomi global ini hasil pertemuan menteri keuangan gubernur bank sentral di Skotlandia pada pekan lalu.

Menurut menkeu, rapuhnya pondasi ekonomi global ini akibat krisis ekonomi global telah menysebabkan meningkatnya tingkat pengangguran di berbagai negara bahkan hingga "double digit", anggaran belanja negara yang membengkak karena untuk pemulihan ekonomi (untuk bail out) sedangkan penerimaan (pajak) menurun karena sektor usaha yang tertekan krisis.

Sri Mulyani juga mengatakan bahwa krisis ekonomi global ini membuat defisit anggaran berbagai negara maju mengalami peningkatan, sehingga akan menyebabkan utang negara tersebut akan membengkak hingga 100 persen atau sama dengan GDP-nya.

"Bahkan saat ini utang Jepang sudah mendekati 200 persen dari GDP-nya. Sedangkan Indonesia rasio utangnya sebesar 32 persen dari GDP (Sekitar Rp5.000 triliun)," katanya.

Sri Mulyani juga mengatakan bahwa pertemuan menteri dan gubernur bank sentral juga memprediksikan tingkat inflasi di dunia juga akan mengalami tekanan karena melonjaknya harga komoditas di pasar global.

Dia mengatakan bahwa melonjaknya harga komoditas tambang dan hasil perkebunan akibat normalisasi harga setelah sebelumnya mengalami penurunan akibat krisis ekonomi global.

Dibandingkan dengan kondisi ekonomi domestik, Sri Mulyani mengatakan bahwa ekonomi Indonesia lebih baik dibanding negara lain karena pada kuartal ketiga 2009 masih tumbuh 4,2 persen.

Namun menkeu mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi masih didorong dari domestik terutama konsumsi masyarakat dan pemerintah karena sektor ekspor masih mengalami tekanan akibat merosotnya permintaan dunia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009