Surabaya (ANTARA News) - Kebijakan pemerintah menurunkan bea masuk impor gula khususnya gula kristal mentah atau raw sugar, menjadi salah satu penyebab turunnya harga gula lokal dalam beberapa pekan terakhir.

Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI Adig Suwandi kepada wartawan di Surabaya, Rabu, mengatakan penurunan bea masuk dari Rp550 menjadi Rp150 per kg, membuat gula rafinasi berbahan baku raw sugar impor menjadi lebih rendah.

"Dalam praktek perdagangan, harga gula rafinasi menjadi acuan bagi pedagang ketika melakukan transaksi, baik saat membeli maupun menjual," katanya.

Seperti yang terjadi saat lelang gula di kantor PTPN XI di Surabaya, Selasa (10/11). Dalam lelang sebanyak 3.040 kg gula itu, harga yang terbentuk sebesar Rp7.836,50 per kg untuk 2.910 ton produksi pabrik gula wilayah Pasuruan ke timur, dan Rp7.915,50 untuk 130 ton produksi pabrik gula wilayah Madiun.

Harga tersebut lebih rendah dibanding kegiatan lelang pada tiga pekan sebelumnya, saat harga terbentuk masih berkisar Rp8.200 per kg. Diperkirakan dalam beberapa waktu ke depan, harga gula masih akan tergerus.

"Penurunan bea masuk turut memicu harga lelang, meskipun sebenarnya harga gula dunia saat ini masih relatif tinggi," ujar Adig.

Mengutip data terakhir di Bursa Berjangka London, gula untuk pengapalan Desember 2009 diperdagangkan pada kisaran harga 574,80 dolar AS per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium).

Sedangkan harga pengapalan untuk Maret 2010 sebesar 575,50 dolar AS, Mei 570,40 dolar AS, Agustus 541,70 dolar AS dan Oktober sebesar 515,20 dolar AS.

"Kalau melihat kecenderungan turunnya harga gula dunia, agaknya harga pokok penyanggaan untuk gula petani pada 2010 masih sangat diperlukan, sehingga petani tidak dirugikan dengan fluktuasi harga," jelas Adig Suwandi.

Pada musim giling tahun ini, harga pokok penyanggaan yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp5.300 per kg, dari sejumlah usulan yang besarannya di atas Rp6.000 per kg.

Adig Suwandi yang juga Wakil Sekjen Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) itu, menambahkan biaya produksi usaha tani tebu terus mengalami kenaikan, akibat naiknya sewa lahan dan pengurangan subsidi pupuk.

Kedua komponen itu memberikan kontribusi sekitar 50 persen dari total biaya produksi yang dikeluarkan petani.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009