Madrid (ANTARA News/Reuters) - Menteri Dalam Negeri Spanyol Alfredo Perez Rubalcaba hari Minggu menolak usulan dari sayap politik ETA bagi perundingan antara pemerintah dan separatis Basque yang berdasarkan atas prinsip-prinsip proses perdamaian Irlandia Utara.

"Satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik adalah ETA meletakkan senjata," kata Rubalcaba kepada radio pemerintah.

Surat-surat kabar Spanyol juga menolak prakarsa sayap politik ETA Batasuna, yang diumumkan Sabtu, dengan menyebut hal itu sebagai tanda kelemahan gerakan nasionalis Basque tersebut.

El Pais, dalam komentar yang kira-kira sama dengan yang diturunkan oleh surat-surat kabar lain yang berpusat di Madrid, mengatakan, usulan itu menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah telah berada di jalur yang benar.

".... Setidaknya satu sektor Batasuna sudah mengetahui bahwa tidak akan ada negosiasi politik dan mereka tidak akan disahkan tanpa terlebih dulu meletakkan senjata, tanpa syarat dan secara sepihak," katanya.

Batasuna hari Sabtu menyerukan "proses negosisasi (tanpa kekerasan) antara ETA dan negara Spanyol yang menangani demiliterisasi negara".

Sayap politik itu tidak melontarkan kecaman terhadap kekerasan gerilya, yang telah terbukti menjadi halangan utama bagi prakarsa perdamaian baru dengan pemerintah Spanyol dan partai-partai oposisi.

Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa Batasuna yang mengupayakan kemerdekaan Basque dilarang oleh pemerintah Spanyol.

Spanyol dan Perancis bekerja erat untuk menumpas ETA, yang bertanggung jawab atas kematian ratusan orang dalam perang gerilya 41 tahun mereka untuk mendirikan negara merdeka Basque di wilayah-wilayah Spanyol utara dan Perancis baratdaya.

ETA, yang beberapa waktu lalu memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahas Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Serangan fatal terakhir yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teroris di kota Bilbao, Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang dalam operasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk kemerdekaan Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol.

Pada April, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun.

Pemerintah Sosialis Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero menghentikan perundingan perdamaian dengan ETA setelah pemberontak tersebut membunuh dua orang dalam serangan bom mobil di bandara Madrid pada Desember 2006.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009