Beijing (ANTARA News) - Pimpinan Dana Moneter Internasional (IMF), Dominique Strauss-Kahn, Senin mengulangi lagi pernyataan bahwa yuan yang lebih kuat akan membantu memperkuat perekonomian China, di tengah meningkatnya tekanan pada Beijing untuk membiarkan mata uang meningkat.

Dalam pidatonya di forum keuangan yang difokuskan pada penyeimbangan kembali perekonomian dunia, Strauss-Kahn menyoroti upaya China untuk meningkatkan konsumsi swasta, dengan mengatakan mata uang negara itu yang lebih kuat adalah "bagian dari paket reformasi yang diperlukan."

"Membiarkan renminbi dan mata uang Asia lainnya untuk menguat akan membantu meningkatkan daya beli rumah tangga, meningkatkan pangsa pendapatan tenaga kerja, dan menyediakan insentif yang tepat yang berorientasi kembali pada investasi," katanya seperti dilaporkan AFP.

"Permintaan domestik Cina yang lebih tinggi, bersama dengan tabungan AS yang lebih besar, akan membantu menyeimbangkan permintaan dunia dan menjamin perekonomian global yang lebih sehat bagi kita semua," katanya, berdasarkan salinan pidatonya yang diterima oleh AFP.

Strauss-Kahn - yang melakukan kunjungan ke China selama dua hari bertepatan dengan kunjungan Presiden AS, Barack Obama - menyampaikan pesan serupa di Singapura, Jumat, menjelang pertemuan puncak pemimpin Asia-Pasifik akhir pekan lalu.

Pekan lalu, para menteri keuangan dari Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) meminta fleksibilitas nilai tukar yang lebih besar, dalam apa yang secara luas dilihat sebagai kode bagi China untuk membiarkan yuan menguat terhadap dolar.

Dalam pernyataan bersama, mereka mengatakan anggota APEC harus mengikuti "kebijakan moneter yang konsisten dengan stabilitas harga dalam konteks nilai tukar yang berorientasi pasar yang mencerminkan fundamental ekonomi".

Dolar yang mengalami penurunan panjang merupakan berita buruk bagi eksporter Asia yang berjuang untuk mempertahankan daya saing, terutama terhadap pesaingannya dari China yang diuntungkan oleh stabilitas yuan yang diberlakukan pemerintah. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009