Canberra (ANTARA News/Reuters) - Popularitas pribadi Perdana Menteri Australia Kevin Rudd merosot dalam dua pekan terakhir setelah dia menghadapi masalah pelik dari meningkatnya kedatangan manusia perahu, namun pemerintahnya masih mendapat dukungan lumayan baik.

Satu jajak pendapat terbaru, yang diterbitkan surat kabar The Australian, Selasa, mendapati bahwa dukungan pada Ruud yang semula 63 persen suara, kini merosot menjadi 56 persen. Dukungan tertinggi 67 persen tercatat pada Oktober.

Dukungan kepada pemerintah Buruh Rudd juga merosot pada awal November, ketika negara terlibat dalam debat panas mengenai kedatangan manusia perahu dimana sejumlah kritik menyebut kebijakan keamanan perbatasan pemerintah terlalu lemah dan itu menarik banyak manusia perahu.

Kemerosotan itu memperkecil spekulasi tentang dilakukannya pemilu sela yang dipercepat pada 2010 berkaitan dengan pembuatan peraturan perdagangan karbon pemerintah, yang mana kini parlemen menghadapi pemungutan suara yang kedua.

Namun jajak pendapat itu mengungkapkan dukungan kepada pemerintah dihantam kembali dalam dua pekan terakhir, saat Partai Buruh mendapat dukungan 56 persen atau naik empat persen dan koalisi konservatif turun empat persen, menjadi 44 persen.

Sampai kini oposisi koalisi Liberal-Nasional, tak bisa menjatuhhkan pemerintah dari masalah seperti pengelolaan ekonomi dan perubahan iklim. Namun demikian, bulan lalu pihak oposisi telah menargetkan kebijakan keamanan perbatasan pemerintah.

Partai-partai konservatif menang pemilu 2001 pada saat para pencari suaka menjadi isu penting, dan setelah pemilu tak sampai akhir 2010, Rudd mungkin akan menyeru pemilihan sela pada awal 2010, jika undang-undang perdagangan emisinya ditolak lagi oleh Senat.

Kritik-kritik menuduh Rudd terlalu bersikap lunak terhadap manusia perahu setelah membongkar kebijakan pemerintah konservatif sebelumnya soal mandat penahanan.

Rudd mengatakan, konflik di Asia Selatan menjadi sebab meningkatnya jumlah manusia perahu, tapi masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan jumlah secara global.

Terjadi aliran konstan manusia perahu tiba di sekitar lepas pantai Australia barat laut dalam tahun ini, dan pihak yang berwenang terpaksa menyelamatkan beberapa dari perahu-perahu yang tak layak melaut itu.

Lebih dari 1.600 manusia perahu telah tiba di lepas pantai barat laut Australia tahun ini, sebagian besar mereka kabur dari aksi kekerasan yang terjadi di Afghanistan dan Sri Lanka.

Jumlah tersebut relatif kecil jika dibanding dengan puluhan ribu orang yang minta suaka dengan berlayar menyeberangi Laut Tengah ke Eropa setiap tahunnya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009