Banyuasin, Sumatra Selatan (ANTARA News) - Sejak tiga bulan terakhir dua desa di Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan telah dinyatakan sebagai daerah kejadian luar biasa (KLB) penyakit chikungunya karena sekitar 450 warga di daerah itu terserang penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk itu.

Kepala Bidang Pengendalian Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin, Syuarmaryadi, Selasa mengatakan, pada tahun 2009 ini sudah terjadi dua kali KLB chikungunya di daerah tersebut.

Pada tiga bulan lalu di Desa Sukaraja, Kecamatan Tunggal Ilir juga mengalami KLB Chikungunya di mana penderita yang mengalami demam tinggi,nyeri persediaan mencapai 300 orang warga, katanya.

Menurut dia, dari 300 warga yang terserang chikungunya tersebut penderita sebanyak 20 orang diantaranya harus mengalami perawatan khusus dan enam mengalami kelumpuhan total.

Sedangkan di Desa Santan Sari Kecamatan Banyuasin III sebanyak 150 warga dipastikan terserang penyakit tersebut dan 37 dinyatakan akut serta enam orang juga mengalami kelumpuhan, tambah dia.

Ia mengatakan, memasuki musim hujan ini warga diimbau untuk lebih waspada dalam menghadapi berbagai penyakit termasuk chikungunya.

Menjaga kebersihan lingkungan dan menimbun genangan air menjadi salah satu upaya mengantisipasi penyebaran chikungunya yang berasal dari gigitan nyamuk tersebut, katanya.

Dia menjelaskan, khusus di Desa Santan Sari daerah tersebut memang belum memiliki sarana kesehatan yang memenuhi standar sementara penduduknya padat.

Akibat minimnya sarana prasarana penunjang kesehatan tersebut penyakit chikungunya menyerang sekitar 150 warga dari 225 kepala keluarga di daerah tersebut, ujarnya.

Suarmaryadi menambahkan, sampai saat ini di desa tersebut masih dilakukan pengobatan penderita chikungunya yang dapat menikmati pelayanan gratis di posko kesehatan yang telah beroperasi sejak beberapa waktu lalu.

Sebagai upaya pencegahan dinas kesehatan setempat melakukan "fogging" dan pendistribusian bubuk abate kepada warga di desa tersebut, tambah dia.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009