Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mendapat apresiasi persepsi publik lebih positif atau 77,2 persen responden dalam pemberitaan media massa nasional dibanding dua Menko lainnya, yakni Menko Polhukam Djoko Suyanto (71,7 persen)) dan Menko Kesra Agung Laksono (67,6 persen), demikian temuan hasil riset media analisis yang diluncurkan Indo Barometer di Jakarta, Minggu.

Direktur Eksekutif Indo Baromater M Qodari dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu, mengatakan, persepsi berita negatif tentang Hatta hanya dipersepsikan 5,4 persen, sedang Agung Laksono (5,9 persen) dan Djoko Suyanto (6,5 persen).

Riset media analisis yang dilaksankan Indo Barometer 26 oktober - 15 November 2009 dalam rangka evaluasi terhadap kinerja tiga Menko Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, yakni Menko Perekonomian, Menko Polhukam dan Menko Kesra dalam 30 hari setelah dilantik. Metodologinya adalah mengumpulkan semua artikel surat kabar yang menyebut nama Hatta Rajasa, Agung Laksono dan Djoko Suyanto.

Adapun yang dimaksud atikel adalah semua tulisan yang ada di surat kabar. Sedangkan fokus analisis pada lima kategori. yakni frekuensi artikel. penempatan artikel. tema artikel. sentimen artikel. narasumber artikel dan "di-breakdown" sesuai dengan kebutuhan melalui 6 surat kabar nasional, yakni Kompas, Media Indonesia, Seputar Indonesia, Republika, Rakyat Merdeka dan Jurnal Nasional.

Menurut Qodari, apa yang dilakukannya melalui riset media analisis ini untuk memberi gambaran tentang respon publik terhadap tiga menteri yang diberi tugas untuk mengordinasi masing-masing menteri teknisnya yang terekam dalam pemberitaan media massa nasional.

"Jadi, apa yang kami sampaikan itu adalah apa yang muncul dan diberitakan di surat kabar. Kami hanya membuat kuantifikasi tentang apresiasi publik dari berita-berita yang muncul. Dalam analisis media kita, Pak Hatta lebih diapresiasi positif hingga 77,2 persen dibanding tiga menko lainnya," katanya.

Qodari berharap, hasil media analisis ini dapat menjadi dasar dan pertimbangan buat para menteri untuk memacu bekerja lebih baik lagi. "Intinya, ini merupakan bagian dari evaluasi masyarakat kepada para menteri agar mereka terus melakukan upaya dan kerja keras dalam mengemban tugasnya. Dengan begitu, mereka tahu dimana titik lemahnya dan dimana keunggulannya," ujarnya.

Dalam analisisnya yang dilakukan dari 26 Oktober-15 November 2009 itu, Qodari mengungkapkan, surat kabar yang paling banyak menurunkan berita tentang Hatta Rajasa adalah Rakyat Merdeka (22,1 persen), Sindo (16,8 persen), dan Media Indonesia (18,8 persen). Tema terbesar yang diangkat, antara lain, ekonomi (14,1 persen), National Summit (12,8 persen), dan Saham PT Newmont NNT (9,4 persen).

Menurut Qodari, dari enam surat kabar yang dianalisa, yang menurunkan artikel negatif adalah, Kompas (14,3 persen), Media Indonesia (3,6 persen), Republika (4,3 persen) dan Rakyat Merdeka (9,1 persen). Adapun artikel negatif di Kompas mengenai program-program di National Summit.

Sedangkan, sentiment negatif yang muncul di Republika adalah soal pembelian saham Newmont NNT dan di Rakyat Merdeka mengenai masalah gaji pejabat dan pemilihan ketua umum PAN.

Qodari menambahkan, dari tiga Menko yang dianalisis, Hatta Rajasa juga memiliki porsi pemberitaan yang cukup besar di 6 surat kabar nasional. Hal ini antara lain tergambar dari 145 artikel yang muncul, sedangkan Djoko Suyanto muncul dengan 46 artikel dan Agung Laksono dengan 34 artikel.

Menjawab pertanyaan soal alasan Hatta diberitakan lebih banyak dan lebih positif, Qodari mengatakan, kemungkinan karena dua hal. Pertama, karena isu-isu ekonomi pasca Presiden SBY dan para menterinya dilantik memang sedang mendapat perhatian khusus dari media massa. Kedua, Hatta dinilai memiliki kemampuan yang lebih dalam membangun komunikasi dengan media massa.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009