Mekah (ANTARA News) - Ratusan ribu jemaah haji terus mengalir dari Mina menuju Masjidil Haram atau sebaliknya untuk menyelesaikan ritual ibadah haji mereka yang masih tersisa.

Sejak menjelang Jumat subuh, jemaah yang semula bermalam (mabid) di Muzdalifah sudah berdatangan di Mina untuk melontar jumrah.

Melontar jumrah adalah ritual rukun haji yang harus dikerjakan, jika tidak calhaj bersangkutan harus membayar dam atau denda berupa hewan kurban.

Biasanya waktu jumrah dimulai saat matahari tergelincir di tengah hari hingga tengah malam, namun untuk menghindari konsentrasi massa, sebagian jemaah memilih untuk melakukan ritual jumrah lebih awal.

Bagi yang mengikuti prosesi Nafar Awal, batu yang dilontar berjumlah 49, yakni tujuh batu dilontarkan di jamrah Aqabah pada hari pertama, Jumat 10 Zulhijah), kemudian disusul dengan lontaran tujuh batu masing-masing di ketiga jamrah (Ula, Wusta dan Aqabah) selama dua hari berturut-turut (7x3x2).

Sementara jemaah yang akan mengikuti Nafar Sani, melontar 70 batu Yakni tujuh batu pada hari pertama di jamrah Aqabah, kemudian melontar Ketiga jamrah (Ula, Wusta dan Aqabah) tiga hari berturut-turut (7x3x3).

Seusai melontar jamrah Aqabah di Mina pada Jumat pagi, jemaah langsung menuju Masjidil Haram, sebagian dengan berjalan kaki sepanjang enam kilometer untuk melakukan Tawaf (Mengitari Ka`bah tujuh kali) dan Sa`i (berjalan dan lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah).

Sebagian jemaah memilih berjalan kaki, selain menilai ibadahnya lebih afdal, juga karena kota Mekah macet total, sehingga diperlukan berjam-jam dari Mina ke Masjidil Haram atau sebaliknya.

Sementara itu di Masjidil Haram pada hari Idhul Adha Jumat ini dipadati jemaah, baik mereka yang melakukan Tawaf dan Sa`i, beribadah biasa, shalat Idhul Adha maupun shalat Jumat.

Jemaah tampak memadati setiap sudut bangunan mesjid seluas 380.000M2 yang mampu menampung satu juta jemaah itu. Hanya sebagian jemaah yang bisa mencium Hajar Aswat.

Jemaah yang melakukan Tawaf harus bersusah payah menerobos kerumunan jemaah lainnya, baik yang sama-sama melakukan Tawaf maupun yang shalat di lintasan Tawaf di hamparan terbuka di seputar Ka`bah.

Untuk melakukan Tawaf di lingkar terluar Ka`bah pun cukup sulit, padahal petugas berseragam juga ikut mengatur gerakan jemaah, dan melarang mereka yang berlama-lama zikir atau berdoa karena menganggu gerakan mereka yang sedang melakukan Tawaf.

Kota Suci Mekah, Jumat, selain ditandai oleh kemacetan total arus kendaraan, juga diramaikan oleh banyaknya tenda-tenda yang didirikan oleh warga atau pendatang yang melontar jumrah, Tawaf atau Sa`i.

Kehadiran para pedagang kaki lima yang berkemah di ruas-ruas jalan di dalam kota juga ikut meramaikan suasana ibadah haji dan Idhul Adha.

Tukang pangkas rambut juga laku keras pada saat salah satu prosesi rukun haji yakni Umrah (Haji Kecil) yakni Tawaf dan Sa?i rampung, ditandai dengan mencukur rambut atau boleh melakukan apa-apa yang dilarang (Tahallul) saat melakukam niat ibadah haji(berihram).

Para tukang pangkas rambut amatir itu tampak hanya menggunakan silet untuk mencukur jenggot dengan imbalan RS10 (sekitar Rp25-ribu) di taman-taman atau uang terbuka.

Tukang ojek amatiran juga ikut menangguk rezeki dengan menarik imbalan SR 50 (sekitar Rp125-ribu) untuk menggonceng penumpang ke Masjidil Haram atau ke Mina dari Masjidil Haram.

Selain warga Arab dan sejumlah pemukim dari negara-negara tetangganya, tampak cukup banyak warga Indonesia terutama asal Madura yang berkemah di pinggir jalan di kawasan Aziziah.

Para mukimin asal Madura itu sebagian memanfaatkan momen Idhul Adha di tenda-tenda di pinggir jalan sekedar ajang reuni dengan sanak dan kerabat, namun sebagian lagi memanfaatkan untk mempreoleh hasil tambahan dengan berjualan makanan Indonesia seperti bakso, gado-gado, nasi rames dan berbagai barang keperluan rumah tangga lainnya.

Sampai berita ini diturunkan, arus jemaah haji yang berjalan kaki ke Masjidil Haram untuk Tawaf dan Sa?I setelah melontar jumrah atau sebaliknya dari Masjidil Haram ke Mina untuk melontar jumrah terus mengalir.

Udara di kota Mekah cukup kondusif, sekitar 29 derajat Celcius pada siang hari dan anjlog menajdi 29 derajat Celcius pada malam harinya.

Terdapat sekitar tiga juta jemaah haji dari berbagai penjuru dunia termasuk 208.000 jemaah Indonesia dalam musim haji 1430H ini.

Secara umum penyelenggaraan haji tahun ini cukup lancar dan mendapat pujian dari berbagai negara atas kemampuan pemerintah Arab Saudi menyelenggarakan even akbar ini.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009