Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terlihat naik kembali ke area 0,61 persen
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi masih terus melanjutkan penguatan didukung rencana stimulus fiskal oleh pemerintah AS.

Pada pukul 09.30 WIB rupiah menguat 80 poin atau 0,55 persen menjadi Rp14.455 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.535 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa, mengatakan pagi ini aset berisiko di pasar keuangan terlihat menguat seperti indeks saham Asia, mata uang utama dunia, dan pasar berkembang.

"Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terlihat naik kembali ke area 0,61 persen, setelah sebelumnya bergerak di bawah 0,6 persen, yang mengindikasikan pasar kembali masuk ke aset berisiko," ujar Ariston.

Baca juga: Dolar jatuh jelang pertemuan bank sentral AS dan naiknya kasus Corona

Baca juga: Harga emas tembus level psikologis 1.900 dolar, capai rekor tertinggi


Menurut Ariston, penguatan aset berisiko tersebut didukung oleh faktor rencana stimulus fiskal AS senilai 1 triliun dolar AS untuk membantu perekonomian AS yang tertekan karena pandemi.

Selain itu laporan kemajuan vaksin COVID-19 oleh Moderna dan Pfizer yang diperkirakan bisa digunakan di akhir tahun, juga menjadi pendorong penguatan aset berisiko termasuk rupiah.

Ariston memperkirakan rupiah berpotensi bergerak menguat di kisaran Rp14.450 per dolar AS hingga Rp14.600 per dolar AS.

Pada Senin (27/7) lalu rupiah ditutup menguat 75 poin atau 0,51 persen menjadi Rp14.535 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.610 per dolar AS.

Baca juga: IHSG diprediksi bergerak variatif dengan cenderung menguat hari ini

Baca juga: Wall Street ditutup naik, Indeks Dow Jones terangkat 114,88 poin

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020