Maumere (ANTARA News) - Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih bersama suaminya Reanny Mamahit mengenang masa lalu di puskesmas tempat mereka bertugas di Maumere, Kabupaten Sikka, 27 tahun silam.

Pada hari kedua kunjungan kerjanya di Nusa Tenggara Timur, Minggu, Endang bersama suaminya dan jajaran pejabat Departemen Kesehatan mengunjungi Puskesmas Waipare dan Puskesmas Bola di Maumere.

Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 1979, Endang bertugas menjadi Kepala Puskesmas Waipare, sementara suaminya yang kini Direktur Rumah Sakit Tangerang dulu mengepalai Puskesmas Bola.

"Waktu itu belum ada listrik, tapi karena suka baca tetap membaca buku dalam keadaan gelap, sampai mata pedas," kata Endang di hadapan mantan mitra kerjanya semasa bekerja di puskesmas dan penduduk sekitar puskesmas.

Alumnus Harvard School of Public Health itu juga mengenang masa-masa ketika dia harus memberikan pelayanan kesehatan dengan alat seadanya.

"Sekarang puskesmas sudah bagus, tadi saya lihat ada kursi khusus untuk cabut gigi. Dulu saya hanya bisa pakai bangku biasa karena cuma itu adanya, padahal seharusnya tidak demikian," katanya disambut tawa penduduk.

Ketika itu dia juga seringkali tidak dibayar dengan uang, tapi dengan hasil bumi, ikan, telur atau ayam. "Jadi kami tidak pernah kekurangan makan," katanya.

Mantan Kepala Pusat Laboratorium Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan itu juga harus menjangkau desa-desa di wilayah kerja puskesmas yang jaraknya jauh.

Kehidupan di Maumere ketika itu juga tidak mudah baginya. "Saya sedang punya bayi. Air sulit sekali, jadi kami minum dari tampungan air hujan. Bahkan pernah juga minum air dari gedebong pisang, rasanya sepat," kata ibu dari tiga anak itu.

Namun, kata Endang, dia menikmati pekerjaannya ketika itu. Orang-orang kampung yang baik membuat dia betah tinggal di wilayah itu selama bertugas, tiga tahun.

Beberapa warga sekitar Puskesmas Waipare pun masih mengingatnya. "Kenal semua kalau orang-orang sini. Dulu saya suka bantu antar-antar," kata Viktor (58), yang kini punya kios tak jauh dari Puskesmas Waipare.

Dan meski sekarang tak lagi mengingat cara bercakap dengan bahasa Maumere, Endang mengaku tak akan pernah melupakan Maumere dan Sikka.

"Walaupun saya sudah jadi menteri dan sekarang tinggal jauh dari sini tapi saya masih orang Sikka, hati saya tetap ada di Sikka," katanya.

Disambut Hegong

Selama berada di Maumere, Menteri Kesehatan meninjau Puskesmas Waipare, Puskesmas Bola, Pos Kesehatan Desa Geliting, fasilitas air bersih di Namangkewa, Rumah Sakit St Gabriel, dan Rumah Sakit Umum Daerah dr.TC Hillers.

Di setiap tempat yang dikunjungi, Menteri bersama rombongan selalu disambut dengan pengalungan selendang tenun ikat, sapaan adat--huler wair-- dan tarian selamat datang--tari hegong.

Para penari berbaju adat lengkap menari dengan kaki telanjang pada aspal atau tanah yang panas akibat terik matahari diiringi musik rancak khas Maumere yang bentuknya seperti gamelan di Jawa.

Sementara warga dan siswa Sekolah Dasar berjajar di sepanjang jalan menanti rombongan menteri yang datang dengan lebih dari sepuluh mobil.

Mereka rata-rata berangkat menuju tempat acara setelah mengikuti misa atau ibadah pagi di gereja.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009