Jenewa (ANTARA News) - Kelompok negara berkembang G33 menegaskan sektor pertanian tidak mungkin dikeluarkan dari negosiasi Putaran Doha karena sistem perdagangan bebas dunia itu akan dilengkapi dengan skema Special Safe Guard Mechanism (SSM) untuk melindungi petani di negara berkembang.

"Dengan adanya perundingan Doha kita bisa mendapatkan kepastian instrumen perlindungan produk pertanian di negara berkembang yang sebelumnya tidak ada," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam jumpa pers usai pertemuan G33 di Hotel Intercontinental, Jenewa, Minggu malam.

Menurut Mari, dengan dimasukkannya sektor pertanian dalam perundingan maka negara berkembang dapat melakukan perlindungan terhadap para petani dengan skema SSM.

"Jika ada lonjakan impor produk pertanian SSM bisa kita kenakan dulu baru nanti ada proses evaluasi. Kalau belum cukup, maka perlu ada skema jaring pengaman nasional," ujarnya.

Selain itu, negosiasi akan bisa menghapus kebijakan subsidi pertanian di negara maju yang menyebabkan produk-produk pertanian negara berkembang sulit diekspor dan tidak mendapatkan harga yang pantas.

Sebelumnya usai pertemuan kelompok negara G20, Menteri Perdagangan Brazil Salso Amarin juga menyatakan hal senada bahwa kebijakan subsidi di negara maju telah merugikan petani kecil di negara berkembang.

Menteri Perdagangan India, menegaskan pentingnya negosiasi sektor pertanian untuk menghapus kebijakan subsidi di negara maju.

"Pertanian merupakan isu yang sangat penting, selama ini ada distorsi perdagangan produk-produknya akibat adanya rezim subsidi," ujarnya.

Diluncurkan di ibu kota Qatar pada 2001, Putaran Doha dimaksudkan untuk mengangkat negara-negara berkembang keluar dari kemiskinan melalui perjanjian yang akan mengurangi berbagai subsidi pertanian serta tarif atas barang-barang industri.

Sebelumnya, terjadi demonstrasi dari beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat yang mendesak dikeluarkannya sektor pertanian dari perundingan Doha.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009