Ambon (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie tidak yakin mantan Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Surya Paloh akan meninggalkan partai itu dan bergabung dengan Partai Hanura maupun Gerindra.

"Itu hak politik dari Surya Paloh, hanya saja saya tidak yakin itu dilakukan beliau dengan keluar dari Partai Golkar," kata Abrizal ketika dikonfirmasi ANTARA, di Ambon, Selasa.

Ical--sapaan akrab Aburizal--berada di Ambon untuk membuka Musda Partai Golkar Maluku. Dia menegaskan, Surya Paloh hingga saat ini masih berada di Partai Golkar.

"Masih memangku jabatan (Ketua Dewan Pembina) tersebut dan belum ada permintaan pengunduran diri dari formasi tersebut hingga saat ini maupun keluar dari Partai Golkar," ujarnya.

Ical juga tidak menginginkan Surya Paloh memutuskan keluar dari Partai Golkar karena berbagai permasalahan sudah dituntaskan pada munas. Karena itu, bukan alasan tidak terpilih sebagai ketua umum lalu tidak mau bergabung lagi dengan Partai Golkar.

"Rasanya tidak ada masalah dengan Surya Paloh. `Kok saat munas beliau juga bersedia menjadi Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar sehingga tidak mungkin memutuskan keluar," katanya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung mengemukakan, pihaknya mengetahui Surya Paloh akan keluar dari koran yang dibacanya beberapa waktu lalu.

"Saya mengetahui dari pemberitaan koran. Namun, secara ketentuan organisasi Surya Paloh masih memangku jabatan Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar," ujarnya.

Akbar menegaskan, pada puncak Munas Partai Golkar semua kader telah sepakat untuk mendukung Ical sehingga tidak beralasan untuk Surya Paloh memutuskan keluar dari parpol berlambang pohon beringin itu.

"Kami sepakat untuk membangun kebersamaan guna membesarkan Partai Golkar dan menyejahterakan rakyat sehingga Surya Paloh turut memiliki tangggung jawab moril untuk tujuan mulia tersebut," katanya.

Akbar menilai, kekalahan Surya Paloh dari Ical lebih "terhormat" dibandingkan dirinya saat dia tergusur pada munas di Bali.

"Saya menerima itu dengan `lapang dada` dan tidak memutuskan keluar dari Partai Golkar karena merupakan kader yang menjunjung tinggi kebersamaan. Apalagi saat itu ada faktor X maupun kepentingan politik lain yang tidak menginginkan Akbar Tanjung kembali memimpin Partai Golkar," ujarnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009