Jakarta, (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono menangis di hadapan para penyandang cacat, dan dia mengaku tersentuh dengan keadaan mereka yang kondisinya mirip dengan ayahnya.

"Saya juga anak penyandang cacat. Ayah saya mengalami musibah pada penglihatannya pada waktu puncak-puncaknya sampai dengan meninggal," kata Wapres Boediono saat pidato pada puncak peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat, di Istana Wapres Jakarta, Kamis.

Boediono tampak terharu dan menitikan air mata. Beberapa saat kemudian Boediono menyeka air matanya dengan sapu tangan,

"Beberapa tahun kemudian saya dibesarkan pada keluarga yang mengalami hambatan fisik," kata Boediono.

Tapi, menurut Boediono, hambatan fisik harusnya tidak menjadi halangan, seperti yang dicontoh oleh ayahandanya.

Menurut Boediono, meskipun orang tuanya tidak bisa melihat, dirinya sekarang menjadi seorang wakil presiden.

"Penyandang cacat tidak harus tak mempunyai hati emas atau otak mutiara," kata Wapres.

Karena itu, kata Wapres, hambatan fisik harusnya tidak perlu menjadi penghalang untuk melakukan kegiatan kreatif.

Menurut Wapres, berbagai upaya untuk mengatasi hambatan bagi para penyandang cacat seharusnya merupakan tugas negara.

Dalam kesempatan itu, Wapres juga memerintahkan anggota kabinet untuk memperhatikan kebutuhan para penyandang cacat.

Acara tersebut juga dihadiri Menko Kesra Agung Laksono, Mendiknas M Nuh, Menakertrans Muhaimin Iskandar, dan Mensos Sagaf Al-Jufrie.

Peringatan puncak Hari Internasional Penyandang Cacat tersebut juga ditandai dengan pemberian penghargaan kepada mereka yang telah memberikan perhatian yang lebih kepada para penyandang cacat.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009