Denpasar (ANTARA News) - Pemadaman listrik yang belakangan ini semakin sering terjadi di berbagai daerah, tidak hanya di luar Jawa, menaikkan biaya operasional pengaktifan pemancar sinyal seluler PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) hingga 30-40 persen.

"Kami bukan hanya harus menyiapkan genset dan membeli solar, tetapi juga dibuat ribet karena setiap saat harus ada petugas yang menangani proses pemasokan energi listrik pengganti di berbagai menara seluler," kata Head of Corporate Communication XL, Febriati Nadira, di Denpasar, Jumat.

Di sela liburan dan melakukan temu kangen dengan wartawan yang bertugas di Bali, disebutkan bahwa penambahan biaya operasional terbesar untuk membeli solar dengan standar harga industri, selain penyiapan genset yang di beberapa daerah harus ditambah melalui pembelian maupun sewa.

Bahkan, di kawasan timur Indonesia yang wilayahnya terdiri pulau-pulau, untuk mendapatkan bahan bakar minyak jenis solar juga tidak semudah di Jawa. "Untuk mendapatkan solar terkadang harus keliling antar-pulau, sehingga biayanya tentu lebih mahal," kata Ira, panggilan akrab Febriati Nadira.

Tanpa menyebutkan nilai penambahan biaya pengoperasian pemancar sinyal itu, disebutkan bahwa penyiapan genset dan minyak solar juga terjadi pada ribuan BTS yang tersebar di Jawa dan Bali.

Oleh karena itu, PT Excelcomindo Pratama Tbk yang pada rapat umum pemegang saham luar biasa pertengahan November 2009 disetujui proses penggantian nama menjadi PT XL Axiata Tbk, berharap PT PLN dapat segera memperbaiki layanan pasokan energi listrik kepada pelanggan, termasuk untuk kebutuhan operasional pemancar sinyal seluler.

Meski belakangan lebih sering terjadi pemadaman listrik oleh PLN, namun Ira menyatakan bahwa sejauh ini operasional pemancar sinyal seluler XL di berbagai daerah dapat dilakukan secara kontinyu, sehingga tidak sampai mengganggu pelayanan pelanggan.

Dengan adanya dukungan pasokan energi listrik yang lebih baik, diharapkan akan memudahkan dalam mendukung pengembangan program-program XL, termasuk yang telah dicetuskan dalam RUPS seperti yang terkait peningkatan pelayanan pada lebih 26 juta pelanggan.

Dalam RUPS yang baru lalu itu, juga disetujui untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I (PUT) dalam rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) serta persetujuan untuk menggelar layanan Pembayaran Pengiriman Uang melalui jaringan telekomunikasi.

XL berencana melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) I dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan harga pemesanan sebesar Rp.2.000 perlembar saham.

Dana yang diperoleh dari PUT I senilai Rp2.836 triliun, setelah dikurangi biaya-biaya Emisi, seluruhnya akan digunakan untuk membayar hutang Perseroan, seperti pembayaran pinjaman sindikasi dari DBS Bank Ltd, Export Development Canada, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd, dan Chinatrust Commercial Bank.

Kemudian pinjaman dari PT.Bank Mandiri Tbk, pinjaman dari PT.Bank Mizuho Indonesia, pinjaman dari DBS Bank Ltd, dan pinjaman dari ExportKreditnamnden (EKN) Buyer Credit Facility yang didanai Swedish Export Credit Corporation).(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009