Teheran (ANTARA News/Reuters) - Pasukan keamanan Iran melepaskan tembakan peringatan di Teheran, Senin, dan memukuli pemrotes oposisi di antara ribuan orang yang menunjukkan tantangan lagi terhadap pemerintah enam bulan setelah pemilihan umum yang dipersoalkan, kata beberapa saksi mata.

Aparat keamanan melepaskan tembakan ke udara ketika mereka bentrok dengan para pendukung pemimpin oposisi Mirhossein Mousavi pada pawai memperingati pembunuhan tiga mahasiswa di zaman Shah Iran, menurut situs berita reformis Mowjcamp.

"Pasukan keamanan memukuli demonstran, laki-laki dan perempuan. Beberapa orang dari mereka terluka dan berdarah," kata seorang saksi mata di lapangan pusat Haft-e Tir di Teheran.

Pemilihan presiden pada 12 Juni, yang dimenangi lagi oleh Mahmoud Ahmadinejad, menyulut kerusuhan terburuk Iran sejak revolusi Islam tiga dasawarsa lalu dan menimbulkan perpecahan yang dalam. Pihak berwenang membantah pencurangan suara dalam pemilihan tersebut.

Wartawan yang bekerja untuk media asing diperintahkan tidak meninggalkan kantor mereka untuk melakukan peliputan mulai dari Senin hingga Rabu, namun beberapa saksi mata mengatakan kepada Reuters, ratusan polisi antihuru-hara bentrok dengan pemrotes di sejumlah lapangan di Teheran untuk membubarkan mereka.

Pihak berwenang menutup jaringan telefon genggam di Teheran pusat untuk mencegah demonstran oposisi saling berhubungan, kata situs reformis Rah-e Sabz.

Oposisi, yang terutama bergantung pada situs atau pesan SMS di telefon genggam untuk menghubungi pendukung mereka, mengadakan protes serupa yang menyulut bentrokan dengan polisi pada September dan November.

"Saya melihat sedikitnya 10 orang ditangkap dan dibawa ke minibus," kata seorang saksi, sementara saksi lain menyebutkan bahwa polisi menembakkan gas airmata ke arah demonstran di lapangan Vali-ye Asr.

"Pasukan keamanan melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan demonstran di lapangan Enqelab," kata situs Mowjcamp, dengan menambahkan bahwa dua wanita termasuk diantara mereka yang ditangkap.

Langkah-langkah keamanan yang dilakukan pemerintah Iran pada "Hari Pelajar" menunjukkan tekad mereka untuk membabat gerakan oposisi, yang kata Mousavi pada Minggu akan terus hidup meski mendapat tekanan-tekanan.

Reformis, yang tidak bisa melakukan demonstrasi mereka sendiri, berusaha membajak protes-protes resmi dan mendesak pendukung turun ke jalan pada 7 Desember ketika Iran memperingati perayaan tahunan Hari Pelajar.

Polisi bentrok dengan pendukung Mousavi di Teheran pada 4 November ketika pawai resmi yang memperingati tahun ke-30 penyerbuan kedutaan besar AS berubah menjadi kekerasan.

Mousavi dan calon reformis yang kalah, Mehdi Karoubi, mengatakan, pemilihan presiden pada Juni dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Protes besar berkobar sejak itu dan sejumlah besar orang ditangkap.

Lebih dari 100 reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu masih berada di dalam penjara dan telah disidangkan, atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Sejauh ini sudah lima orang yang dijatuhi hukuman mati dan 81 orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Oposisi menekankan bahwa pemilihan itu telah dicurangi, dan mereka menolak tuduhan-tuduhan mengenai campur tangan asing.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Iran telah melarang media asing meliput pawai-pawai protes dan pertemuan yang diadakan oleh gerakan oposisi.

Kementerian Luar Negeri Iran bahkan menunjuk langsung lembaga-lembaga siaran global seperti BBC dan Voice of America, dengan mengatakan bahwa mereka adalah agen-agen Israel yang bertujuan "memperlemah solidaritas nasional, mengancam integritas bangsa dan mendorong disintegrasi Iran".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009