Asadabad, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Pesawat-pesawat tempur NATO membom pangkalan Taliban di Afghanistan timur, Senin, menewaskan lebih dari 20 gerilyawan dan menghancurkan sebuah kompleks bunker, kata sejumlah pejabat militer.

Noor Akbar, seorang komandan regional Taliban, termasuk diantara mereka yang tewas dalam serangan itu, yang dilakukan di provinsi Kunar, sebuah daerah pegunungan dan ajang pergolakan Taliban di dekat perbatasan Pakistan, kata Jendral AD Afghanistan Mohammad Qasim Bitanai kepada AFP.

"Lebih dari 20 gerilyawan Taliban, termasuk komandan regional mereka Noor Akbar, tewas dalam serangan itu," katanya.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mengatakan, mereka melancarkan serangan udara yang menghancurkan sebuah pangkalan Taliban di distrik Watapur di provinsi itu, namun tidak ada penjelasan terinci lebih lanjut mengenai korban.

"Pasukan keamanan internasional melancarkan serangan udara hari ini dan menghancurkan sebuah benteng terkenal Taliban yang mencakup sejumlah bunker dan posisi-posisi pertahanan yang dipersiapkan di provinsi Kunar," katanya.

"Pasukan keamanan menyerang pangkalan itu di dekat desa Tsangar Darah di distrik pegunungan Watapur setelah sumber-sumber intelijen memberikan indikasi mengenai kegiatan militan di lokasi itu," tambah ISAF.

Jendral Afghanistan Mohammad Qasim Bitanai mengatakan, operasi itu dilakukan dengan koordinasi antara pasukan Afghanistan dan militer internasional, yang saat ini mencakup sekitar 113.000 prajurit di negara itu.

Sejumlah militan juga tewas dalam operasi-operasi di wilayah lain di provinsi Paktika, juga di Afghanistan timur, kata ISAF tanpa menjelaskan jumlahnya.

Serangan-serangan itu dilakukan di tengah ofensif lain yang dilakukan pasukan gabungan Afghanistan-internasional terhadap Taliban di Afghanistan selatan.

Lebih dari 1.000 prajurit melakukan operasi gabungan di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, untuk menghalau Taliban dari sebuah medan tempur utama, dalam ofensif besar-besaran pertama di Afghanistan sejak Presiden AS Barack Obama mengumumkan strategi perang baru.

Hingga hari ketiga ofensif itu Minggu (6/12), 16 militan dilaporkan tewas.

Sekitar 900 marinir dan pelaut AS, prajurit Inggris, serta lebih dari 150 prajurit dan polisi Afghanistan mengambil bagian dalam Operasi Khareh Cobra, atau "Amarah Kobra" di lembah Now Zad.

Operasi itu diluncurkan ketika negara-negara NATO menjanjikan sedikitnya 7.000 prajurit lagi untuk mendukung upaya baru pimpinan AS dalam memerangi Taliban dan Al-Qaeda, setelah AS mendesak negara-negara mitranya membantu menyelesaikan perang di Afghanistan.

Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-sikap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Tahun ini tidak saja mematikan bagi prajurit, polisi dan warga sipil Afghanistan namun juga bagi pasukan internasional yang memerangi Taliban.

Sekitar 500 prajurit asing tewas sejak Januari, yang menjadikan 2009 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Saat ini terdapat lebih dari 110.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Serangan-serangan Taliban terhadap aparat keamanan Afghanistan serta pasukan asing meningkat dan puncak kekerasan terjadi hanya beberapa pekan menjelang pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009