Padang (ANTARA News) - Pengamat komunikasi dari Universitas Ekasakti (Unes), Sumartono, mengatakan, pelarangan pemutaran film "Balibo Five" oleh Lembaga Sensor Film (LSF) sudah tepat.

"Film tersebut dapat menimbulkan pesan negatif dalam hubungan dua negara yang bersahabat. Ini menyangkut sentimen antarnegara, dan berbahaya kalau dirilis ke publik," kata Sumartono di Padang, Selasa.

Penulis buku laris "Kecerdasan Komunikasi" itu mengatakan, dulu orang membuat film-film perjuangan untuk membangkitkan semangat nasionalisme.

"Film-film seperti itulah yang mesti dibuat, untuk membangun semangat kebangsaan di tengah-tengah bangsa ini," kata dia.

Jadi, kata Sumartono, sudah pada tempatnya LSF melarang "Balibo Five" demi menjaga situasi kondusif dan membina hubungan luar negeri Indonesia-Australia.

Menurut dia, berbagai bentuk sentimen negatif mesti dihindari oleh kedua negara, baik berupa film, pemberitaan media, dan interaksi antarkedua negara.

Menjawab soal karya film sebagai bentuk kebebasan informasi, dia mengatakan, kebebasan informasi bukan berarti harus menimbulkan efek negatif.

"Hakekat kebebasan adalah membuat suasana damai di tengah-tengah masyarakat, bukan sebaliknya.Apabila ada yang tersinggung dan sakit hati, artinya kebebasan sudah menyimpang dari hakikatnya," kata Sumartono.

Ia mengatakan, setiap kebebasan harus diiringi dengan rasa tanggung jawab. Di satu sisi, bangsa Indonesia memang menginginkan tumbuhnya kebebasan tumbuh hidup di negara ini.

Namun, apabila sebuah kebebasan menimbulkan efek negatif dan menganggu ketentraman orang lain, maka kebebasan tersebut pantas dipertanyakan.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009