Ambon (ANTARA News) - Damietha Paewati dan David Gunarni dari Indonesia lolos ke babak final The Biggest Loser Asia, satu program kompetisi menurunkan berat badan yang digelar televisi saluran Hallmark Channel, ditayangkan setiap Selasa pukul 20.00 WIB.

Damietha dan David melaju ke final bersama 14 peserta (kontestan) lain, yang terpilih dari seleksi terhadap 30 orang tergemuk di Asia. Total bobot 16 finalis tersebut tidak kurang dari 2.170 kilogram, demikian siaran pers Hallmark Channel yang diterima ANTARA, Senin.

Seluruh peserta akan diisolasi dan menjalani pelatihan selama hampir empat bulan, masing-masing hanya diperbolehkan makan 1.200-1.500 kalori per hari dengan latihan fisik berat, demi hadiah 100.000 dolar Amerika Serikat dan badan langsing-sehat.

The Biggest Loser Asia adalah produksi orisinal Hallmark Channel yang diadaptasi dari serial The Biggest Loser yang sangat populer di Amerika.

Karen Johnston, Direktur Pemrograman NBC Universal, mengatakan, program tayangan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi para kontestan tetapi juga penonton.

"Kami ingin menginspirasi dan memotivasi penonton untuk menghidupkan kehidupannya. The Biggest Loser Asia adalah kesempatan langka bagi kontestan dan juga penonton di seluruh Asia yang setia menyaksikan program ini dan mencoba berbagai cara yang dianjurkan untuk menyusutkan badan," katanya

Selain hadiah uang tunai 100.000 dolar AS, pemenang juga menjadi juru bicara kampanye anti obesitas di Asia.

Dalam serial reality show tersebut, para kontestan yang semuanya obesitas akan dibekali keterampilan dan berbagai fasilitas pendukung untuk menurunkan berat badan dan menjalani perubahan fisik secara dramatis.

Acara dipandu oleh Sarimah Ibrahim, salah seorang artis paling populer di Malaysia saat ini, sebagai pembawa acara, didampingi Dave Nuku, ahli kebugaran yang pernah menjadi personal trainer bagi bintang dan kru Trilogi The Lord of the Rings, dan Kristy Curtis, ahli kebugaran yang pernah mengalami kegemukan di masa remaja.

Dave dan Kristy berperan sebagai pelatih kebugaran dan kesehatan bagi para kontestan.

Setelah penayangan perdana yang menampilkan proses audisi langsung dan online yang diikuti lebih 2.000 orang dengan obesitas dari seluruh negara di Asia, episode kedua The Biggest Loser Asia mengungkapkan identitas ke-30 peserta yang terpilih untuk menjalani tantangan fisik agar masuk dalam babak 16 Besar.

Secara berpasangan mereka harus melakukan rangkaian gerakan fisik seperti lompat tali, melewati rintangan dengan membawa beban beras seberat 30 kg, shadow boxing dan lainnya.

Dari babak ini, Dave dan Kristy akan menentukan 14 kontestan yang dinilai gagal sehingga hanya tersisa dua finalis yang berhak bertahan di perkemahan tempat isolasi dan pelatihan di Malaka, Malaysia.

Selain Damietha dan David, kontestan 16 Besar antara lain Kevin asal Filipina yang memiliki berat 215 kilogram (terberat dalam kompetisi ini dan memiliki berat yang sama dengan bobot peserta terberat dalam sejarah The Biggest Loser di dunia, yang tidak pernah keluar rumah selama 5 tahun karena minder dengan berat badannya).

Kemudian, juga Mohammad Hafiz bin Amat dengan berat 168 kg yang berprofesi sebagai paramedis yang khawatir ia akan menjadi orang yang membutuhkan pertolongan medis jika ia tidak menurunkan berat badan.

Pastinya, hampir semua peserta memiliki permasalahan, rasa minder dan kendala akibat bobot tubuh mereka.

Tidak sedikit dari mereka yang tidak mencintai diri mereka sendiri, namun memiliki keinginan kuat untuk menjalani kamp dan transformasi perubahan gaya hidup demi menurunkan berat badan sebanyak-banyaknya, di samping mengincar hadiah uang dan tubuh sehat ideal.

Selama 13 episode, masing-masing berdurasi 60 menit, penonton akan mengenal lebih dekat para kontestan yang mempertaruhkan diri, tubuh dan harga diri, serta berani menunjukkan kepada dunia betapa seriusnya mereka dalam usaha menghilangkan lemak dari tubuh.

Mampukah Damietha atau David menaklukkan finalis lainnya? Semua tergantung kemauan dan kerja keras mereka menghadapi tantangan gaya hidup, latihan berat dan diet serta makan makanan sehat, yang porsinya bagi mereka selama ini mungkin kurang sekali.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009