Kota Gaza (ANTARA News/AFP) - PM Ismail Haniya Senin menyatakan pada puluhan ribu pendukung Hamas, kelompoknya tetap berkomitmen untuk melenyapkan Israel, pada ulang tahun ke-22 pembentukannya.

"Kami tidak akan menyerahkan Palestina dari sungai hingga laut," Haniya mengatakan pada kerumunan massa itu, merujuk pada perbatasan sebelum 1948 menurut Mandat Palestina Inggris antara Laut Tengah dan Sungai Jordan.

"Tidaklah cukup bagi Hamas untuk membebaskan Gaza, maupun mendirikan keemiran di Gaza, maupun negara, maupun entitas merdeka ... Hamas berjuang untuk membebaskan seluruh Palestina."

Para pendukung membawa spanduk besar hijau dan foto Ahmed Yassin, ulama naik kursi roda yang mendirikan dan memimpin kelompok itu hingga ia tewas dalam serangan udara Israel 2004.

"Dalam 22 tahun sejak pembentukannya, Hamas telah dapat merealisasikan sebagian besar tujuannya dan mengatasi setiap rintangan yang kelompok itu hadapi, dari penjara, pengasingan, pembunuhan dan pemilihan," kata pemimpin senior Hamas Mahmud Zahar.

"Pengetahuan kami mengenai perlawanan itu adalah total, dan tidak terbatas pada konflik bersenjata," ia menambahkan dalam wawancara dengan sebuah situs Intrnet yang dekat dengan kelompok Jihad Islam yang lebih kecil dan lebih radikal.

Abu Obeida, jurubicara sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, yang bertanggngjawab atas sejumlah serangan mematikan dan pemboman bunuh diri di Israel, memuji evolusi militer kelompok itu.

"Kita telah dapat membangun militer untuk melawan dan untuk menghantui musuh Zionis," katanya dalam pernyataan di situs Internet terkait-Qassam.

"(Brigade Qassam) telah merakit senjatanya dengan tangan kosongnya ... yang mencakup roket Qassam, yang menakuti musuh Zionis," ia menambahkan, merujuk pada roket mematikan tambal-sulam dan jarang ada yang ditembakkan di Israel sebelum menyatakan gencatan senjata setelah perang Gaza musim dingin lalu.

Hamas juga menggunakan ulang tahun itu untuk mengeluarkan pernyataan terbuka yang jarang dilakukan mengenai pembicaran yang ditengahi-Jerman menyangkut pertukaran tawanan untuk seorang tentara Israel yang telah ditahan di Gaza selama lebih dari tiga tahun, menyatakan ia tidak akan dibebaskan tanpa perjanjian.

"Tentara Zionis itu tidak akan melihat cahaya hari kecuali pendudukan itu menanggapi tuntutan perlawanan dan membebaskan tawanan-tawanan kita yang berani," katanya, merujuk pada tentara Gilad Shalit.

Dalam beberapa pekan belakangan ini Israel dan Hamas tampaknya hampir mencapai perjanjian untuk membebaskan Shalit sebagai perukaran bagi ratusan tawanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Kedua belah pihak telah menerapkan penyensoran internal yang keras dalam pembahasan pada pembicaraan itu, yang diperkirakan akan melibatkan sejumlah pemimpin senior Palestina dan tawanan yang terbukti melakukan sejumlah serangan mematikan di Israel.

Didirikan pada 1987 tak lama setelah permulaan intifada, atau perlawanan, pertama terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza, Hamas diilhami oleh Ikhwanul Muslimin Mesir.

Kelompok itu masih menanjikan kehancuran Israel akhirnya dan pembentukan negara Islam di perbatasa sebelum 1948 menurut Mandat Palestina Inggris.

Hamas memperoleh kemenangan dengan kelebihan suara amat besar dalam pemilu Palestina pada 2006, mengalahkan kelompok sekuler Fatah yang lama dominan yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas yang didukung-Barat, dan mengambilalih Gaza pada 2007 setelah berbulan-bulan kerusuhan antar-kelompok.

Hamas sejak itu memperketat cengkeramannya atas wilayah tersebut meskipun ada sanksi keras Israel yang diterapkan setelah pengambilalihan itu dan perang Gaza yang menghancurkan pada pergantian tahun, yang mana sekitar 1.400 warga Palestina dan 13 orang Israel telah tewas.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009