Kami melihatnya dari perspektif Malaysia dan Perth. Ini yang sedang kita pelajari,
Kuala Lumpur (ANTARA) - Pemerintah Malaysia sedang mempelajari kemungkinan membuka perbatasan untuk wisatawan dari kota zona hijau daripada menunggu seluruh negara menjadi zona hijau dari pandemi COVID-19.

Menteri Pariwisata, Seni dan Kebudayaan Malaysia Nancy Shukri mengemukakan hal itu di parlemen, Selasa, menanggapi anggota parlemen dari UMNO Ahmad Maslan yang menanyakan apakah pemerintah berencana mengizinkan wisatawan dari kawasan hijau masuk.

Dia mengatakan hal tersebut akan lebih praktis karena beberapa negara yang sebelumnya dianggap zona hijau telah mengalami peningkatan kasus COVID-19.

Dengan memberi contoh di Australia, Nancy mengatakan seluruh negara tidak dapat diklasifikasikan sebagai zona hijau karena Melbourne telah dilanda gelombang kedua infeksi COVID-19.

Baca juga: Lima sekolah di Kedah Malaysia ditutup karena jadi klaster COVID-19
Baca juga: 1.500 warga Aceh terdampak COVID-19 di Malaysia segera dipulangkan


"Kami melihatnya dari perspektif Malaysia dan Perth. Ini yang sedang kita pelajari," katanya.

Nancy mengatakan pembukaan kembali perbatasan harus timbal balik dan bahwa Kementerian Pariwisata bersama dengan kementerian kesehatan dan luar negeri bekerja sama dalam masalah tersebut.

Sebelumnya Nancy dalam twitter-nya juga menyatakan perlunya pelaksanaan travel bubbles ( membuka kembali  perjalanan) untuk menyemarakkan kembali sektor pariwisata.

Sebagai contoh, ujar dia, perjalanan dari Pulau Bali ke Pulau Langkawi atau Pantai Desaru Johor namun perundingan dengan negara-negara terkait masih dalam peringkat perbincangan di Kemenlu.

Sebelumnya Pemerintah Malaysia telah setuju untuk mengizinkan wisatawan kesehatan (medical tourism) dari negara kategori hijau memasuki negeri ini untuk mendapatkan perawatan kesehatan.

Menurut Menteri Keamanan, Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob negara tersebut adalah Brunei, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Selandia Baru.

Namun demikian izin tersebut tergantung kepada perbincangan Kementerian Luar Negeri bersama negara terkait.

Pada kesempatan terpisah Kepala Pemasaran Institut Jantung Negara (IJN) Akim Affandi Ahmad ketika dikonfirmasi tentang pasien dari Indonesia mengatakan pihaknya hanya menerima pasien darurat.

"Kami menerima pasien hanya kasus darurat (medical evacuation) dan dari pesawat carter aja untuk sekarang. Ini mengikuti aturan yang dibuat oleh pemerintah," katanya.

Dia mengatakan semua pasien dan pasangan harus di isolasi di rumah sakit selama 14 hari dan sebelum berangkat harus ada sertifikat bebas COVID-19 dan sampai di rumah sakit harus dites sekali lagi.

IJN selama ini banyak memiliki pasien dari sejumlah provinsi di Indonesia.

Sedangkan Malaysia dan Singapura sepakat untuk membuka lintas batas paling awal pada 17 Agustus 2020 setelah dirumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan Reciprocal Green Lane (Laluan Hijau Timbal Balik) dan Periodic Commuting Arrangement (Pengaturan Ulang Alik Berkala).

Menteri Luar Negeri Malaysia, Dato Seri Hishammuddin Hussein mengemukakan hal itu setelah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Singapura, Dr Vivian Balakrisnan di Causeway (perbatasan Malaysia - Singapura).

Baca juga: Empat negara penyumbang terbesar Malaysia saat COVID-19
Baca juga: Jumlah karantina Pekerja Migran dari Malaysia meningkat 52 orang

 

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020