Jakarta (ANTARA) - Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai defisit defisit anggaran dalam Rancangan Undang-Undang APBN 2021 yang mencapai 5,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) masih kurang besar.

"Gak ada masalah dengan pelebaran defisit. Saya justru berpandangan defisitnya kurang besar. Pemerintah masih terlalu berhati-hati," ujar Piter saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Tahun depan, lanjut Piter, pemerintah seharusnya lebih progresif dan perlu usaha keras untuk membangkitkan kembali perekonomian di Tanah Air.

"Perlu berbagai stimulus. Sementara penerimaan pajak belum bisa dipaksa meningkat, karena dunia usaha pasti masih belum sepenuhnya pulih," kata Piter.

Baca juga: Presiden: Defisit anggaran 5,5 persen akan dikelola secara hati-hati

Kendati demikian, Piter menilai program-program yang sudah dibuat oleh pemerintah untuk memulihkan ekonomi nasional setelah terdampak pandemi sudah relatif baik dan tepat.

"Program pemerintah arahnya sudah banyak yang tepat. Tinggal diperbesar dan dipercepat realisasinya, bansos, bantuan kepada dunia usaha, dan lain-lain," ujarnya.

Pada masa transisi RAPBN tahun 2021 dengan rencana pendapatan negara Rp1.776,4 triliun dan belanja negara Rp2.747,5 triliun, maka defisit anggaran diperkirakan mencapai Rp971,2 triliun atau setara 5,5 persen dari PDB.

Defisit anggaran 5,5 persen tersebut lebih rendah dibandingkan defisit anggaran di tahun 2020 sekitar 6,34 persen dari PDB atau sebesar Rp1.039,2 triliun.

Baca juga: Presiden Jokowi: Defisit anggaran 2021 ditargetkan 5,5 persen PDB

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020