Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso mengatakan jika ada pelarangan terhadap buku "Membongkar Gurita Cikeas" pada era demokrasi maka hal itu bisa menimbulkan persoalan baru.

"Hendaknya semua pihak bisa menahan diri, meskipun saya tetap memberi apresiasi atas kesedihan keluarga Presiden Yudhoyono. Biarlah buku ini menjadi warna-warni demokrasi kita," kata Priyo Budi Santoso, di Gedung DPR, Jakarta, Senin.

Priyo juga menyerukan kepada semua pihak, terutama pada George Junus Aditjondro si penulis buku, agar tidak menimbulkan amarah baru jika buku itu belum patut diterbitkan, karena data-data di dalam buku itu sumir atau tidak valid.

Ketua DPP Partai Golkar tersebut mengemukakan buku "Membongkar Gurita Cikeas" menjadi yang kedua kalinya bagi George Junus Aditjondro membuat sensasi soal keluarga Presiden.

Sebelumnya, kata Priyo, Aditjondro pernah menulis buku tentang keluarga Presiden Soeharto yang judulnya juga sensasional.

"Dulu pada era Pak Harto suasana menjadi sangat heboh. Saat itu Partai Golkar dengan susah payah mengkritik buku tersebut karena datanya sangat bias," kata Priyo yang menyatakan belum membaca isi buku tersebut.

Apakah buku ini sama dengan dengan buku pada era Soeharto, katanya, biarlah waktu yang mengujinya.

Menurut dia, melalui buku ini George mempertaruhkan reputasinya sebagai doktor, dosen, dan mantan aktivis, jika ternyata buku tulisannya hanya sensasional.

"Apakah isi buka itu benar atau tidak, waktu yang akan membuktikannya," kata dia.

Soal usulan agar buku "Membongkar Gurita Cikeas" diklarifikasi melalui buku lagi, menurut dia, itu gagasan yang baik.

Kalau memang diperlukan, kata dia, bisa saja keluarga Presiden Yudhoyono atau Partai Demokrat menerbitkan buku putih untuk mengklarifikasi persoalan yang ditulis George Junus Aditjondro.

"Kalau kami tidak dalam posisi untuk menjawabnya kecuali hanya menyarankan," kata Priyo.

Diakui Priyo, dirinya belum membaca secara keseluruhan isi buku setebal 183 halaman tersebut, tapi baru membaca cuplikannya sepenggal-sepenggal saja melalui "facebook", media online, media cetak, dan melalui siaran televisi.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009