Denpasar (ANTARA News) - Detik-detik pergantian tahun ke 2010, Kamis tengah malam di Bali didominasi dar der dor bunyi petasan dan lincuran kembang api yang terlihat semarak di berbagai lokasi.

Wartawan ANTARA melaporkan, sejak dari daerah Lumintang, Lapangan Puputan Renon dan Puputan Badung, kota Denpasar, hingga kawasan wisata internasional Kuta, tiada henti tedengar letusan petasan berukuran kecil hingga yang suaranya menggelegar.

Cahaya bulan purnama yang hanya terlihat temaram oleh balutan mendung, disemarakkan oleh kilatan cahaya kembang api yang tampak merata di berbagai sudut langit.

"Di sini semarak sekali. Suasana langit seolah dipenuhi percikan cahaya kembang api. Bunyi petasan terdengar saling bersautan," kata Peni, warga Renon yang berada di dekat Monumen Bjra Sandi, Lapangan Puputan Renon, yang dikunjungi ribuan orang.

Di sekitar Lapangan Puputan Badung, jantung ibukota provinsi Bali, juga dalam suasana yang serupa. Bahkan Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, juga hanyut dalam pesta menyambut tahun baru bersama ribuan warga.

Kawasan Pantai Kuta dan daerah sekitarnya juga menjadi lautan manusia, yang menyambut tahun baru juga dengan lebih banyak menyulut petasan dan kembang api aneka ukuran.

"Heboh banget. Orang-orang pada jingkrak-jingkrak di pantai ditengah hingar bingar percikan cahaya kembang api dan letusan petasan yang tiada henti," kata Ismi dan Iis warga asal Jawa Timur yang kos di kawasan pantai internasional tersebut.

Dar der dor bunyi petasan dan luncuran kembang api yang tiada henti itu berlangsung selama sekitar 15 menit dalam suasana mendung, setelah sejak sore hari sempat beberapa kali diguyur hujan.

Kapolda Bali Irjen Pol Sutisna juga terus memantau detik-detik pergantian tahun yang sejak sore sempat dihebohkan isu ancaman teror bom tersebut.

Namun hingga berita ini dsiarkan, suasana Bali tetap aman, tidak ditemukan indikasi ancaman bom. Sementara ribuan polisi bersama aparat keamanan lainnya terus siaga di berbagai lokasi, terutama pusat-pusat keramaian pesta rakyat.(*)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009