Jombang (ANTARA News) - Perayaan malam pergantian tahun di Jombang, Jawa Timur tetap semarak, meskipun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Hari Berkabung Nasional atas meninggalnya mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Sejak Kamis (31/12) malam hingga Jumat dini hari, warga "Kota Santri" itu tumpah ruah di jalanan sehingga memacetkan arus lalu lintas.

Padahal beberapa jam sebelumnya, suasana duka menyelimuti kota kecil yang berjarak sekitar 75 kilometer dari Surabaya itu.

Hampir seluruh masyarakat Jombang berbondong-bondong menuju Pondok Pesantren (PP) Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Gus Dur sebagai tokoh pujaannya itu.

Bahkan, hingga berita ini diturunkan, masyarakat secara bergelombang terus berdatangan ke makam Gus Dur yang berada di sebelah barat masjid PP Tebuireng.

Situasi lalu lintas yang macet disertai suara bising kendaraan roda dua yang dikendarai para anak muda mewarnai malam pergantian tahun di Jombang.

Mereka tak lagi menghiraukan hujan yang turun sejak Kamis petang. "Kami memang sedang berduka, tapi kami tak mau melewatkan malam tahun baru," kata Galang, yang sedang melakukan konvoi kendaraan roda dua bersama teman-temannya di kawasan Kebon Rojo itu.

Semarak malam tahun baru juga terlihat di Kota Surabaya. Kendaraan yang melaju dari arah Jalan A. Yani menuju Taman Bungkul padat merayap.

Di Taman Bungkul itu warga "Kota Pahlawan" berkumpul untuk menyaksikan pesta kembang api. Demikian juga sejumlah tempat hiburan di Surabaya tetap menjadi andalan bagi masyarakat yang menggelar pesta pergantian tahun.

Mereka sepertinya tak menghiraukan anjuran Presiden agar penyambutan Tahun 2010 tidak dilakukan secara berlebihan karena masih dalam suasana duka atas wafatnya tokoh nasional yang disebutnya sebagai "Bapak Pluralisme" itu.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010