Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan rumah sakit Indonesia di Jalur
Gaza, Palestina yang diprakarsai bersama masyarakat dan pemerintah Indonesia dapat diwujudkan, dan hal itu bisa dipercepat dengan koordinasi yang lebih rapi di antara semua pihak terkait.
   
Benang merah itu mengemuka pada rapat koordinasi yang membahas mengenai rencana pendirian rumah sakit Indonesia di Gaza yang dipimpin Deputi Menko Kesra dr Emil Agustiono, M.Kes di Jakarta, Selasa.
   
Rapat koordinasi itu diikuti oleh Ketua Presidium organisasi relawan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia dr Sarbini Abdul Murad, Ahyahudin Sodri dari MER-C Indonesia Cabang Jerman, Patriot Adinarto dan Nanda
Avalis dari Direktorat Timur Tengah Departemen Luar Negeri (Deplu), Johar Arifin dan M Erwin dari Sekretariat Negara (Setneg).

Sedangkan dari Departemen Kesehatan (Depkes) adalah  Kepala Bidang
Tanggap Darurat dan Pemulihan, Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes dr Lucky Tjahjono, M Kes dan staf yakni dr Wily Pandu Ariawan, dr Eko Medistianto.
  
Pada kesempatan itu, Emil Agustiono mengemukakan bahwa setelah
mendapatkan laporan dan informasi dari MER-C Indonesia,Deplu, Depkes dan Setneg, pihaknya merasa yakin bahwa rencana yang inisiatifnya sudah dilakukan sejak tahun 2008 itu dapat diwujudkan.
  
"Misi kemanusiaan yang mengedepankan kombinasi sektor kesehatan dan
diplomasi dengan membuat rumah sakit ini kita yakini bisa diwujudkan," katanya dan menekankan bahwa Menko Kesra Agung Laksono juga sangat mendukung diwujudkannya rencana itu dan telah menyampaikan akan berkoordinasi dengan Menkes Endang RahayuSedyaningsih dan Menlu Marty Natalegawa.
  
Pihak MER-C Indonesia melalui Sarbini Abdul Murad ketika diberi kesempatan pemaparan dalam rapat itu menyampaikan bahwa mereka sudah siap dengan rancang bangun rumah sakit RS Indonesia di Gaza itu.
  
Rumah sakit itu berupa pusat trauma dan rehabilitasi dengan bentuk bangunan segi delapan, berlokasi di Bayt Lahiya, Gaza Utara seluas 1,4 hektare, yang merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina di Gaza.
  
"Dari segi konstruksi dan rancang bangunnya sudah siap, dan kami telah
menghimpun dana dari masyarakat dan umat Islam sebesar Rp15 miliar," kata dokter yang telah masuk ke Jalur Gaza tahun 2008 itu.
  
Sementara itu, wakil dari Deplu menyampaikan bahwa dari perkembangan
yang informasinya mereka dapatkan, ada hambatan di perbatasan antara Mesir dan Gaza yang melalui pintu perbatasan Rafah, satu-satunya pintu masuk ke Gaza yang tidak dijaga oleh pihak Israel.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010