Manado (ANTARA News) - Menteri Perhubungan (Menhub) Freddy Numberi menegaskan bahwa ia tidak ingin lagi ada kecelakaan pesawat terbang milik maskapai penerbangan nasional.

"Saya tidak ingin lagi ada kecelakaan," kata Menhub dalam sambutannya ketika meresmikan pengoperasian pesawat ATR 72-500 milik maskapai Wings Air di bandara Sam Ratulangi, Manado, Rabu petang.

Menhub menyatakan keinginannya itu karena hal itu menyangkut masalah nyawa manusia. Menteri minta agar maskapai penerbangan nasional meningkatkan kinerjanya dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan penerbangan.

"Operator bisa kita cabut izinnya. Ini masalah nyawa," kata menteri.

Dalam kesempatan itu Menhub juga minta agar manajemen penerbangan dilaksanakan dengan baik, profesional dan "proper" agar penumpang pesawat merasakan kenyamanan dalam penerbangan.

"Hanya dengan begitu kita bisa bersaing dengan global," katanya.

Menteri minta agar ke depan tidak ada lagi penumpang transit yang menggunakan pesawat yang sama harus turun dari pesawat dengan membawa barang-barang bawaannya.

"Kalau manajemen tidak bisa, kita ganti orangnya," kata menteri.

Berkaitan dengan itu Menhub mengatakan, ia akan minta direktur jenderal untuk membuat surat edaran mengenai masalah tersebut.

Mengenai pengoperasian pesawat baru itu oleh Wings Air, Menhub menyatakan ia menyambut baik karena itu akan memunculkan peluang, selain juga tantangan.

Sementara itu Dirut Lion Air dan Wings Air, Rusdi Kurnia mengatakan, penggunaan pesawat ATR 72-500 dari Prancis itu adalah bagian dari komitmen perusahaan dalam peremajaan armada.

Menurut dia, saat ini sudah ada tiga pesawat dengan kapasitas 72 penumpang per unit yang siap dioperasikan, dari 30 pesawat yang dipesan, di mana 15 di antaranya masih berupa "option".

Rusdi menjelaskan, dengan berbasis di Manado, pesawat-pesawat tersebut akan melayani penerbangan di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua.

Ia juga mengatakan, ke depan pihaknya berencana menerbangi Manado ke negara-negara di Asia Timur seperti Jepang, Korea dan China.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010