kebijakan manajemen Pertamina terbukti efektif menjaga BUMN energi tersebut tetap bertahan dalam situasi sangat sulit.
Jakarta (ANTARA) - Kebijakan Pertamina melakukan sejumlah efisiensi dinilai efektif untuk menekan kerugian perusahaan di tengah pukulan terhadap industri minyak dan gas dunia.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra P.G Talattov di Jakarta, Rabu, mengatakan kebijakan manajemen Pertamina terbukti efektif menjaga BUMN energi tersebut tetap bertahan dalam situasi sangat sulit.

Baca juga: Legislator nilai wajar Pertamina merugi pada semester I 2020

Pertamina dinilai sangat sigap dan responsif sehingga melakukan kebijakan efisiensi pemotongan Capex, serta melakukan prioritas untuk proyek-proyek strategis dan juga refinancing.

"Secara financial engineering, itu merupakan langkah tepat untuk menahan laju kerugian terlalu dalam," ujarnya melalui keterangan tertulis.

Menurut dia, hampir seluruh perusahaan minyak dan gas dunia mengalami kerugian besar, bahkan nilainya tersebut jauh di atas Pertamina yang sebesar Rp11 triliun seperti Total merugi 8,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp123 triliun, Shell 18,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp270,4 triliun. Kemudian Exxon Mobil merugi hingga 1,03 miliar dolar AS, BP rugi 6,7 miliar dolar AS,

"Melihat pukulan hebat terhadap perusahaan migas, kerugian Pertamina sebenarnya sangat kecil. Perusahaan migas dunia rugi jauh di atas Pertamina. Inilah menariknya. Karena menunjukkan kemampuan manajemen Pertamina untuk menjaga kerugian agar tidak terlalu dalam," katanya.

Baca juga: Pertamina alami "triple shock", tapi yakin kinerja 2020 tetap positif

Kemampuan manajemen, tambahnya, membuat Pertamina bisa menurunkan beban sehingga demikian, BUMN tersebut tetap bisa melakukan operasional dari hulu ke hilir untuk menjaga agar roda ekonomi nasional terus berputar.

Dengan terus menjalankan operasionalnya, menurut dia Pertamina sebagai perusahaan yang terintegrasi dengan para mitra dapat menjaga ekosistem bisnis di sekitar. Karena sebagai lokomotif pembangunan di sektor energi, Pertamina mempunyai peran strategis untuk tetap menjaga nadi perekonomian sektor lain.

"Coba bayangkan kalau operasional sisi hilir terganggu, di mana distribusi BBM terganggu, tentu terjadi kelumpuhan di berbagai sektor," katanya.

Baca juga: Pertamina-Chandra Asri kerja sama pengembangan petrokimia nasional

Dikatakannya, dengan kemampuan seperti itu pula, Pertamina bisa menjaga komitmen dengan tidak melakukan PHK, padahal, banyak perusahaan lain dan bahkan BUMN yang memutus hubungan kerja dengan karyawan.

Kebijakan Pertamina tersebut, ujarnya, juga membuat perusahaan lain yang terkait dengan bisnis Pertamina untuk tetap eksis dan mempertahankan karyawan mereka.

Seperti perusahaan migas dunia lain, menurut Abra, kerugian Pertamina, memang ‘tidak mengejutkan’, berbagai pukulan hebat diterima BUMN tersebut terkait permintaan yang menurun drastis serta harga minyak dunia di semester pertama yang turun drastis.

"Inilah yang menyebabkan tekanan kepada Pertamina begitu terasa. Dan karena 80 persen profit dari hulu, sedangkan harga jatuh lebih dari separuhnya dibanding tahun lalu, maka tidak bisa membandingkan kinerja semester pertama tahun ini dengan semester pertama lalu, karena kondisinya jauh berbeda," katanya .
 

Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020