Singapura (ANTARA News) - Harga minyak di perdagangan Asia, Jumat berlanjut melemah, karena menurunnya permintaan energi dan berita komoditas dari AS dan regulator yang sedang mencari cara memperketat pengawasan di pasar berjangka energi, kata para analis.

Seperti dilaporkan AFP, kontrak utama berjangka minyak mentah jenis "light sweet crude" di new York untuk pengiriman Februari turun 36 sen menjadi 79,03 dolar AS per barel pada sore hari.

Sementara harga minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Maret turun 40 sen menjadi 78,17 dolar per barel.

Harga merosot setelah Departemen Energi AS (DoE), Rabu, melaporkan kenaikan tak terduga cadangan minyak AS, kata para analis.

Harga minyak mentah di New York Senin, naik ke level tertinggi selama 15 bulan menjadi 83,95 dolar AS, didukung menguatnya data dari China, namun kemudian jatuh di tengah berita bahwa Beijing mengetatkan uang beredar dalam upaya menjinakkan pertumbuhan ekonomi.

"Saya rasa kini dibutuhkan banyak koreksi ... karena minyak telah melaju menajdi hampir 84 dolar per barel," kata Tony Nunan, manajer risiko di Mitsubishi Corp di Tokyo.

"Banyak optimisme dan euforia yang didorong oleh permintaan dari China." Seperti AS, China adalah konsumen utama minyak dunia.

Nunan mengatakan, peningkatan stok energi AS "adalah realitas

karena orang-orang menyadari bahwa persediaan masih tinggi ... jadi ada banyak ketakutan dan ketidakpastian di pasar sekarang."

DoE mengatakan cadangan minyak mentah melonjak 3,7 juta barrel dalam sepekan yang berakhir January 8, jauh lebih banyak daripada perkiraan konsensus yang naik 1,0 juta barel.

Cadangan minyak hasil olahan - termasuk bahan bakar pemanas dan diesel - naik 1,4 juta barel, kata DoE, mengacaukan perkiraan penurunan sebesar 1,8 juta barel.

Minyak hasil olahan sedang menjadi fokus di tengah cuaca dingin yang menggigit yang sedang berlangsung di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia, tapi berbagai ramalan telah memperkirakan cuaca menajdi lebih hangat untuk beberapa minggu ke depan.

Harga minyak juga dipengaruhi usulan komisi bursa komoditas berjangka, Kamis, untuk mengatur pasar energi di masa depan.

"Ada perasaan kuat bahwa itu bisa memaksakan posisi kontrak energi, jadi saya berpikir itu adalah salah satu katalis untuk turunnya harga minyak," kata Nunan.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010