Batam (ANTARA News) - Agama Buddha mengenal kiamat/kehancuran bumi atau akhir zaman, tetapi bukan pada 21 Desember 2012 seperti kisah film "2012", kata Biksu Uttamo Mahathera, di Batam, Sabtu.

Bagi umat Buddha pun menghadapi hari kiamat tidak perlu harus dengan kapal besar, melainkan cukup menyiapkan karma baik dengan perbuatan, badan dan pikiran kebajikan agar akhir zaman bukan sesuatu yang menakutkan, katanya.

Dalam "Damma Talk" bertajuk "Mengungkap Misteri 2012 dan Kiamat Menurut Agama Buddha" yang diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa Buddhis Universitas Internasional Batam, Uttamo mengatakan, 21 Desember 2012 adalah waktu berakhirnya penanggalan suku Maya.

"Sistem kalender suku Maya akan berakhir pada hari itu, tetapi akan berganti dengan yang baru," kata Uttamo, rohaniwan agama Buddha dari Blitar, Jawa Timur.

Mengenai film layar lebar "2012" yang mengisahkan pada hari itu bumi hancur dihantam planet Nibiru, ia mengatakan, dalam perspektif agama Buddha tidak akan terjadi, karena akhir zaman berlangsung hanya bila matahari telah berjumlah tujuh.

Kapan kiamat besar akan terjadi masih misteri, sedang pertambahan jumlah matahari pun tidak akan serentak melainkan melalui tahap-tahap yang rentang waktunya sangat panjang, kata Biksu Uttamo

Ia mengajak hadirin untuk juga memperhatikan kiamat kecil dan menengah.

Kiamat kecil terjadi pada setiap waktu berupa perpisahan dari suatu pertemuan, sedang kiamat menengah adalah peristiwa kematian sebagai konsekuensi dari suatu kelahiran.

Semua manusia akan mati, tetapi kiamat pada level sedang itu, tidak seharusnya menakutkan bila yang bersangkutan menjalani pola hidup yang baik dalam perbuatan, badan dan pikiran.

Menyiapkan kiamat kecil pun seharusnya demikian, sehingga suatu perpisahan, meninggalkan kesan baik, katanya.

Dalam ajaran Buddha, ujar Uttamo, kehidupan makhluk hidup pada masa lalu, sekarang dan mendatang, dipengaruhi karma dan kehidupan, bukan hanya ada di Planet Bumi atau Galaksi Bima Sakti.

Untuk kehidupan di manapun kelak, kata rohaniwan itu, orang yang hidup sekarang hendaknya senantiasa berdoa agar semua makhluk bahagia sehingga dalam diri pedoa melekat perbuatan, badan dan pikiran dengan karma yang baik.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010