Brussel (ANTARA News/AFP) - Sekretaris Jendral NATO Anders Fogh Rasmussen memuji tindakan pasukan keamanan Afghanistan mempertahankan ibukota negara itu, Kabul, dari serangkaian serangan Senin yang dilakukan penyerang bunuh diri dan gerilyawan bersenjata Taliban.

"Saya memuji pasukan keamanan Afghanistan atas peranan yang mereka mainkan dalam melawan serangan-serangan ini dan memulihkan ketertiban di kota itu," katanya dalam sebuah pernyataan dari markas besar NATO di Brussel.

"Mereka yang memiliki komitmen, dalam memilih tujuan, mempertegas bahwa tujuan mereka adalah menjaga kemajuan yang dicapai orang Afghanistan dalam membangun kehidupan dan masa depan yang lebih baik," kata Rasmussen.

Orang-orang bersenjata dan pembom Taliban menyerang sejumlah bangunan di pusat kota Kabul, Senin, menyulut pertempuran sengit dengan pasukan keamanan yang menewaskan sedikitnya lima orang, termasuk seorang anak.

Kebakaran terjadi setelah dua pusat pertokoan, sebuah bioskop dan satu-satunya hotel bintang lima di ibukota Afghanistan itu menjadi sasaran serangan militan bersenjata berat, yang menyulut gelombang ledakan yang tampaknya ditujukan pada gedung-gedung pemerintah yang berdekatan.

Sebanyak 71 orang juga terluka dalam serangan paling dramatis terhadap Kabul itu sejak militan Taliban menyerbu gedung-gedung pemerintah pada Febuari 2009 yang menewaskan sedikitnya 26 orang.

NATO memimpin Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Tahun 2009 tidak saja merupakan masa paling mematikan bagi prajurit, polisi dan warga sipil Afghanistan namun juga bagi pasukan internasional yang memerangi Taliban. Sebagian besar kekerasan terjadi di provinsi-provinsi selatan seperti Kandahar dan Uruzgan.

Presiden AS Barack Obama mengumumkan pada Desember pengiriman 30.000 prajurit tambahan ke Afghanistan untuk bergabung dengan pasukan AS dan ISAF pimpinan NATO yang berada di negara itu untuk memerangi gerilyawan. Negara-negara NATO juga mengirim 7.000 prajurit tambahan ke negara itu.

Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Saat ini terdapat lebih dari 110.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010