Teheran (ANTARA News/AFP) - Iran menjatuhkan hukuman penjara lebih dari delapan tahun pada seorang aktivis mahasiswa ternama atas tuduhan melawan keamanan dan menghina para pemimpin republik Islam, kata pengacaranya, Rabu.

Majid Tavakoli ditangkap pada 7 Desember selama protes anti-pemerintah di kampus pada peringatan tahunan Hari Pelajar.

Kantor berita resmi IRNA mengatakan, Tavakoli berusaha meninggalkan Universitas Amir Kabir, Teheran, dengan "menyamar sebagai wanita", yang menyulut kampanye dunia maya oleh para pendukung pria oposisi yang memakai kain penutup kepala sebagai solidaritas dan menyerukan pembebasannya.

"Ia dijatuhi hukuman pejara 8,5 tahun. Ia dituduh menghina para pejabat, bertindak melawan keamanan negara dan melakukan propaganda menentang sistem," kata pengacara Mohammad Ali Dadkhah kepada kantor berita Fars.

Dadkhah menyatakan akan mengajukan banding dalam waktu 20 hari namun tidak menyebutkan kapan Tavakoli diadili.

Amir Kabir News Letter, sebuah situs berita mahasiswa oposisi, mengatakan, Tavakoli dijatuhi hukuman penjara "lima tahun karena persekongkolan dan pertemuan melawan pemerintah dan satu tahun karena propaganda menentang sistem".

Menurut situs itu, Tavakoli juga dijatuhi hukuman penjara dua tahun karena menghina pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan enam bulan karena menghina Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Tavakoli adalah aktivis ternama yang dipenjara 15 bulan bersama dua mahasiswa lain setelah ditangkap pada 2007 atas tuduhan menghina agama dan pemimpin negara itu dalam penerbitan mahasiswa.

Beberapa hari sebelumnya, Iran juga menjatuhkan hukuman penjara pada seorang reformis senior dan mantan anggota parlemen Mohsen Safai Farahani, yang ditangkap setelah pemilihan presiden Juni.

Safai Farahani, yang ditahan sejak 20 Juni, dituduh "bertindak melawan keamanan nasional, menyebarkan propaganda menentang sistem, menghina pejabat dan memperluas kebohongan", kata pengacaranya, Hooshang Pour-Babai, kepada lembaga siaran pemerintah, Minggu.

Ia mengatakan, reformis itu dihukum enam tahun penjara untuk dua tuduhan pertama dan "dibebaskan dari tuduhan menghina pejabat dan menyebarkan kebohongan karena kurangnya bukti", dan akan ada banding.

Safai Farahani ditangkap bersama puluhan reformis kenamaan dan wartawan tak lama setelah pemilihan umum presiden 12 Juni yang dimenangi oleh pemimpin garis keras Mahmoud Ahmadinejad untuk masa jabatan kedua di tengah tuduhan-tuduhan luas mengenai kecurangan.

Pemerintah menuduh para penentang reformis berusaha merongrong rejim dengan menyulut protes massal di jalan untuk menolak Ahmadinejad.

Safai Farahani, seorang tokoh indistri kawakan yang berusia 61 tahun, adalah salah satu pemimpin partai terbesar Iran, Front Partisipasi Iran Islam, yang memberikan dukungan kuat kepada saingan utama Ahmadinejad dalam pemilihan itu, mantan Perdana Menteri Mir Hossein Mousavi.

Safai Farahani menjadi anggota parlemen antara 2000 dan 2004, dan deputi menteri ekonomi serta ketua federasi sepak-bola Iran pada era kepresidenan Mohammad Khatami antara 1997 dan 2005.

Dua calon presiden kalah, Mousavi dan Mehdi Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Protes besar berkobar sejak pemilu tersebut dan sejumlah besar orang ditangkap.

Lebih dari 100 reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010