Bekasi (ANTARA News) - Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhamad menegaskan, pemberlakuan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) pada 2010 tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nelayan tradisional akibat minimnya produk perikanan mentah dari negara berpenduduk terbesar di dunia itu.

"Yang jadi pengaruh besar adalah hubungan kita dengan China dalam menjual produk jadi ke negara itu dan sebaliknya masuknya produk jadi negara itu ke Indonesia. Selama ini Indonesia banyak mengekspor produk mentah berupa aneka ikan dan rumput laut," ujar Fadel di Bekasi, Jabar, Kamis.

Penegasan Fadel usai memberikan pembekalan pada Munas VII Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) di asrama haji Kota Bekasi itu saat menanggapi keresahan nelayan terhadap dampak pemberlakuan ACFTA.

Mantan Gubernur Gorontalo itu menegaskan tengah menghitung berapa "item" produk perikanan dari China yang akan masuk ke Indonesia setelah pemberlakuan ACFTA itu. Data tersebut selanjutnya akan disampaikan ke kementerian koordinator perekonomian dan keuangan untuk dijadikan bahan diskusi dengan aparat terkait.

Pemilik usaha kelompok Bukaka yang sukses memproduksi Garbarata (belalai gajah) yang digunakan penumpang saat turun dari pesawat ke ruang tunggu itu menyatakan berbeda pendapat dengan Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan tentang pemberlakuan pasar bebas.

Menurut Fadel, ekonomi harus diatur dan didorong untuk berkembang terutama bagi usaha skala kecil dan menengah, sementara dua menteri itu lebih menekankan pada kemampuan pengusaha bersaing dalam kondisi tanpa regulasi yang melindungi mereka.

"Saya berpikiran lain dan tidak mau dengan adanya pasar bebas. Pemerintah mesti mengatur ekonomi dengan intervensi terbatas," ujar Fadel yang sukses mengembangkan produk jagung sebagai unggulan Gorontalo hingga membuat rakyat setempat meningkat kesejahteraannya itu.

Pemberlakuan pasar bebas, menurut dia, tidak akan berdampak besar terhadap tumbuhnya pengusaha pribumi yang baru. Bahkan yang terjadi akan muncul gap yang makin besar antara pengusaha sehingga dampaknya akan disesalkan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010